Teknologi sudah membawa peradaban manusia berubah sedemikian cepat. Kini kita telah sampai pada era di mana segala sesuatu bisa mudah didapat melalui bantuan teknologi internet.
Bahkan urusan mencari jodoh pun sekarang bisa ditempuh melalui jalur online. Tanpa harus bertatap muka dan bersusah payah mencarinya secara langsung.
Umumnya orang lebih memilih mencari jodoh melalui jalur online, atau dating apps yang kini makin menjamur, karena mereka merasa bisa lebih leluasa dan percaya diri mendekati lawan jenis. Mereka juga merasa lebih bebas berekspresi menjadi diri mereka sendiri.Â
Meski dikatakan mencari jodoh melalui situs-situs atau aplikasi kencan online itu terbilang mudah, karena kita bisa menemukan dan berkenalan dengan banyak orang secara random sekaligus, akan tetapi pada kenyataannya, untuk benar-benar menemukan seseorang yang tepat itu tidak bisa hanya dengan sekali dua kali ngobrol lewat chatting atau telepon saja.Â
Seorang ahli Psikologi dari University of Utah di Amerika Serikat, mengatakan bahwa ketertarikan muncul ketika dua orang melakukan pertemuan yang lebih intens dan sering terjadi. Tak cukup hanya sekali atau dua kali.
Para ahli juga meyakini, bahwa yang bisa memprediksi dan menilai kecocokan kamu dengan seseorang itu, ya hanya kamu sendiri. Bukan mesin pencari jodoh ataupun rumus matematika.
Jadi meski saat ini kamu sudah bisa intim dengannya melalui chatting, kamu masih harus mengajaknya bertemu dan berkencan sungguhan di dunia nyata. Dari pertemuan itulah kamu bisa menilai apakah dia sudah sesuai dengan kriteria dan ekspektasi mu atau tidak?
Ingat, di dunia online itu tidak semua penggunanya real. Seseorang bisa saja memasang foto profil yang menawan, dan memasang bio yang mengagumkan, itu belum cukup menggambarkan secara keseluruhan kepribadiannya bukan?
Kadangkala mereka sengaja melakukan itu untuk tujuan-tujuan lain, seperti misalnya melakukan penipuan untuk menjerat calon-calon korbannya. Jangan tergiur dengan profil-profil yang menawan dan mengangumkan. Karena zaman sekarang, apapun bisa dipoles sedemikian rupa agar tampak lebih meyakinkan.
Misalnya ada orang yang sengaja berpura-pura sebagai aparat, sebagai tentara, agar bisa mengelabui korbannya dengan mudah. Alhasil, orang yang tidak begitu jeli dan mau menyelidiki akan mudah tertipu. Fenomena seperti ini sekarang marak terjadi dan itu bermula dari situs online.