Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pernikahan adalah Pekerjaan Seumur Hidup

1 Oktober 2020   09:21 Diperbarui: 1 Oktober 2020   09:32 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menikah (Sumber: kompas.com)

Ketidaksiapan mental seseorang menjadi orangtua ketika menikah akan mempengaruhi tumbuh kembang sang anak. Banyak anak yang akhirnya harus terpasung dalam lingkaran orangtua yang merusak jiwa sang anak. 

Orangtua yang tidak sadar seringkali gemar melampiaskan amarah, keluh kesah, masalah yang dia miliki kepada sang anak. Beberapa orangtua yang tidak puas dengan kehidupannya akan melampiaskan ketidakberdayaannya itu kepada sang anak.

Kita tahu, mengurus dan mendidik anak itu tidak mudah, orangtua yang belum siap seringkali mengeluh betapa sulitnya mendidik anak mereka. Mereka tidak menyadari dari awal akan pekerjaan yang menyulitkan itu. Akhirnya banyak anak-anak yang jadi korban dari ketidaksiapan orangtua dalam mendidik anak. 

Banyak anak-anak yang akhirnya jadi minder, tertekan, sulit dikontrol, bahkan ada yang sampai broken home karena merasa tidak nyaman dengan perlakuan orangtuanya. 

Jadi, apabila belum siap menjadi orangtua, ada baiknya menunda pernikahan sampai diusia yang memang betul-betul matang secara mental dan juga finansial untuk menikah. Kasihan anak. Lebih baik terlambat menikah daripada ujung-ujungnya menyengsarakan anak. 

Kita bisa dengan mudah kok melihat contoh kasusnya disekeliling kita. Akibat pernikahan yang ugal-ugalan, kini banyak anak-anak yang harus ikut tercebur kedalam masalah yang dialami oleh orangtuanya. Anak harus ikut-ikutan menanggung beban yang dialami oleh orangtuanya. 

Jadikan apa yang nampak di sekeliling kita sebagai contoh bahwa pernikahan bukanlah ajang untuk menyenangkan dan memuaskan hasrat diri. Melainkan pekerjaan seumur hidup yang harus siap dijalani. Menikahlah apabila kita sudah benar-benar siap. 

Karena pernikahan adalah pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang dewasa. Bukan oleh mereka yang masih bocah ingusan yang malas-malasan untuk bekerja dan hanya ingin bersenang-senang belaka. 

Sahabat Anda

Reynal Prasetya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun