Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melacak Sepak Terjang PKI dalam Dinamika Politik Indonesia di Masa Lalu

21 September 2020   10:17 Diperbarui: 21 September 2020   10:52 1921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Simbol Komunis dengan logo palu arit (Sumber: kompas.com)

Hadirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam percaturan politik di Indonesia memberikan warna tersendiri dan melahirkan sejarah yang tidak akan habis untuk dibicarakan kembali.

Sebuah partai yang pernah berjaya pada sekitar tahun 50an ini pernah menjadi partai komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok.

Pada tahun 1955 PKI pernah menduduki posisi ke empat partai terbesar yang mendominasi politik di Indonesia setelah PNI, Masyumi, dan Nahdlatul Ulama (NU).

Suksesnya PKI dalam percaturan politik Indonesia tidak lepas dari dukungan internasional yang membentuk poros Jakarta-Beijing-Moskow- Pyongyang-Phnom Penh. Kepemimpinan Aidit dan kawan-kawan merekrut banyak jutaan kader dan simpatisan yang kebanyakan dari golongan tani dan buruh itu sukses melambungkan partai berlogo palu arit tersebut.

Melebarnya pengaruh golongan kiri membuat golongan kanan dan ormas yang anti komunis merasa gusar. Mereka khawatir apabila pengaruh dari PKI suatu saat bisa menggeser ideologi Pancasila dan perlahan-lahan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. 

Sepak terjang PKI di Indonesia selalu melahirkan konflik horizontal, sebelum mereka memutuskan berjuang memperlebar pengaruhnya melalui jalur parlemen, sejarah mencatat beberapa kali mereka berusaha melakukan aksi teror dan pemberontakan kepada mereka yang menghalangi tujuan dan rencananya itu.

Mereka tidak segan-segan untuk berbuat radikal dan melakukan aksi-aksi anarkis, melakukan propaganda untuk menggoyahkan kepercayaan masyarakat dengan cara menghasut dan membuat semua golongan menjadi bermusuhan dan mencurigai satu sama lain.

Seperti peristiwa yang terjadi pada tahun 1948 di Madiun. Adanya pemberontakan yang dilatarbelakangi atas ketidakpuasan mereka terhadap Perjanjian Renville sekaligus jatuhnya kabinet Amir Sjarifuddin. Pada saat itu, Amir Sjarifuddin menandatangani perjanjian Renville yang ternyata hasil daripada perundingan tersebut sangat merugikan pihak Indonesia.

Belanda dianggap menjadi pihak yang paling diuntungkan dan kabinet Amir menjadi jatuh. Banyak sekali rakyat yang akhirnya menyalahkan Amir, karena pada saat itu, dia lah yang menjadi perwakilan Indonesia.
Kabinet Amir harus digantikan oleh Kabinet Hatta atas perintah Bung Karno dan pada penyusunan kabinet tersebut, kelompok sosialis maupun golongan kiri ternyata tidak diikutsertakan.

Merasa kecewa, Amir beserta kabinetnya lalu membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tahun 1948. Saat itu Amir menjadi oposisi dari bagian Kabinet yang disusun oleh Hatta. FDR merupakan golongan yang menyatukan komunis dan golongan sosialis kiri.

Karena pemberontakan itu akhirnya banyak sekali korban yang berjatuhan. Para warga, dimulai dari Guru, Ulama, Sipil bahkan TNI dan Polisi ikut menjadi sasaran pemberontakan. Peristiwa kelam itu melahirkan ingatan abadi akan kekejaman PKI yang kemudian lahir sebuah Monumen Kresek, di desa Kresek di Kabupaten Madiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun