Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Teknik Bridging dalam Siaran Radio

3 Agustus 2020   09:43 Diperbarui: 7 April 2021   10:11 9656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyiar radio | KONTAN/Achmad Fauzie

Begitu pun ketika ingin menyampaikan suatu informasi, atau berita, daripada membacakan berita atau informasinya secara langsung, maka akan lebih enak terdengar bila informasi itu dikemas dengan teknik bridging. Karena dalam satu acara, seorang penyiar biasanya menerima banyak Ad-libs

Ad-libs adalah naskah iklan yang harus dibacakan oleh seorang penyiar radio ketika sedang siaran. Jadi, bisa dibayangkan jika setiap sesi acara seorang penyiar terus berpromosi, pendengar juga lama-lama akan bosan. Masa setiap ngomong iklan terus? Kan enggak seru tuh. Oleh karena itu menguasai teknik bridging sangatlah penting bagi seorang penyiar radio untuk mensiasati keadaan itu.

Contoh lagi misal ada dua topik: (Galau) & (Bisnis). Narasinya bisa seperti ini, "Habis putus dari pacar itu memang bisa bikin kita 'galau' ya, tapi ternyata enggak selamanya galau itu merugikan loh Kompasianer? Buktinya ada seorang pria dari Jepang yang tiba-tiba punya 'bisnis' menguntungkan setelah ia merasa 'galau' ditinggal pacarnya. Ia jadi punya ide untuk membuat robot yang menyerupai manusia yang bisa menemaninya dikala sedang kesepian. Tak disangka-sangka, ternyata banyak yang berminat dan membeli robot buatannya itu."

Sampai disini mungkin anda sudah mulai paham bagaimana teknik bridging ini bekerja sebagai jembatan untuk menyambungkan dua topik yang tidak ada kaitannya sama sekali menjadi rangkaian narasi yang lebih "menjual" dan enak didengar maupun dibaca.

Kabar baiknya, teknik bridging ini juga bukan hanya bisa diaplikasikan pada saat siaran radio, tapi juga bisa diaplikasikan pada saat kita menulis. Apalagi menulis dalam rangka promosi atau jualan. Teknik ini amat perlu dikuasai oleh seorang penulis.

Tanpa anda sadari, sebenarnya saya sudah dan sering menggunakan teknik bridging di setiap artikel-artikel yang sudah saya tulis. tentu hasil daripada tulisan itu menjadi lebih enak dibaca, karena tidak langsung menuju ke inti, tapi kita jembatani dulu lewat topik lain, atau menambahkan sedikit cerita sebelum sampai pada inti pembahasannya atau esensinya.

Ilustrasi penyiar Radio (Sumber: style.tribunnews.com)
Ilustrasi penyiar Radio (Sumber: style.tribunnews.com)
Jadi, teknik ini bisa banget diaplikasikan kedalam tulisan, ibaratnya tulisan jadi tidak garing dan datar, jadi ada seninya sedikit.

Contoh lagi deh bonus, kalau masih belum paham, misal ada dua topik: (Hutan) & (Jam Tangan). Jauh banget kan tuh? Enggak ada kaitannya sama sekali antara hutan dan jam tangan, nah supaya bisa nyambung, kita akalin atau buat jembatan supaya kedua topik nya jadi nyambung dalam satu kalimat, atau tulisan. 

Narasinya bisa seperti ini: "Siapa nih yang suka pergi-pergi ke 'hutan'? Yang hobi banget jalan-jalan ke alam? Biasanya kalau kamu lagi di 'Hutan' selain camp ngapain aja sih Kompasianer? Nah biasanya kalau lagi di alam kita suka lupa waktu ya, jadi enggak inget pulang, makanya kita perlu banget bawa 'Jam tangan' supaya kita inget waktu, dan kalau bisa sih yang tahan air supaya enggak mudah mati pas lagi di bawa berenang, nah kalian bisa coba nih 'jam tangan' anti air dari toko X di jamin awet, tidak mudah mati dan tidak mempan juga di bakar. Cocok banget buat kamu yang suka ke alam."

Satu lagi deh, misal ada dua topik: (Beras) & (Gitar) wah jauh banget kan? Apakah bisa disambungin? Bisa banget dong.

Narasinya bisa seperti ini: "Kompasianer saat ini dalam memilih 'beras' yang berkualitas kita memang enggak boleh asal-asalan. Karena akhir-akhir banyak sekali kasus-kasus 'beras' plastik yang menghebohkan masyarakat. Kita harus lebih jeli untuk memilih jenis 'beras' jangan sampai kita membeli beras yang palsu. Ternyata bukan hanya 'beras' saja yang palsu, dalam memilih 'gitar' yang berkualitas kita juga harus jeli membedakan mana 'gitar' yang asli dan mana yang hanya replika saja. Karena keduanya tentu memiliki kualitas suara yang berbeda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun