Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

"Bromance": Strategi Ciamik Membentuk Persahabatan yang Ideal

14 Desember 2019   16:23 Diperbarui: 30 Juli 2021   06:04 1878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bromance (Sumber:Nicholas Heath via hellosehat.com)

Apakah Anda pernah mendengar Istilah "Bromance"? Atau jangan-jangan Anda masih sangat asing dengan istilah ini ? 

Bagi kalangan remaja atau milenial mungkin istilah ini sudah cukup akrab di telinga mereka, namun bagi Anda yang masih asing dengan istilah ini, saya akan mencoba menguraikannya secara singkat.

Bromance lahir dari dua gabungan kata yakni Bros yang berarti (Teman/saudara laki-laki) dan Romance berarti (mesra). Nah bila keduanya digabung maka akan menghasilkan definisi: Persaudaraan laki-laki yang "mesra".

Eitss tapi mesra di sini bukan dikonotasikan sebagai hubungan seksual atau asmara ya. Tapi mesra di sini berarti sebuah hubungan persahabatan yang begitu dekat dan akrab melebihi saudara kandung sendiri.

Bromance sendiri sebenarnya adalah istilah yang baru mucul dalam budaya populer saat ini, jika menilik pada laman Wikipedia, Bromance sendiri adalah sebuah hubungan dekat non-seksual antara dua orang pria atau lebih.

Konsep ini muncul sejak permulaan abad ke-21. Yang kemudian pada Tahun 2017 kedekatan hubungan Presiden Amerika yakni Barack Obama dan wakilnya Joe Biden dideskripsikan sebagai "Bromance".

Konsep Bromance adalah konsep sosial yang cukup ideal dan sehat, karena bagaimanapun dalam proses dinamika sosial, kita benar-benar membutuhkan seseorang dan beberapa sahabat.

Bromance lebih dari sekadar teman atau sahabat nongkrong biasa, Bromance selalu merasa memiliki satu sama lain, mau bercerita dan terbuka satu sama lain, mereka mampu menciptakan lingkaran persahabatan yang kokoh, cair, solid dan suportif.

Selain itu, salah satu ciri khas yang melekat pada Bromance adalah mereka cukup gemar menghabiskan waktu bersama, pergi hangout saat weekend, hingga sampai kompak merencanakan travel yang menyenangkan.

Bahkan, lebih jauh sebuah penelitian terbaru dalam jurnal Neuropsychopharmacology membuktikan bahwa persahabatan laki-laki ternyata bisa melepaskan hormon oksitosin, yaitu hormon yang berperan dalam membentuk ikatan dengan orang lain, sekaligus membuat kita merasa lebih baik secara psikologis. 

Akan ada banyak efek positif yang bisa kita dapatkan bila kita mampu menciptakan ikatan Bromance ini. Kita tidak lagi merasa sendirian, ada mereka yang selalu menopang kita manakala kita sedang terjatuh, ada mereka yang bisa menjadi penyemangat kita bilamana kita sedang down. 

Berkat kehadiran mereka jugalah hidup ini bisa dipastikan akan terasa lebih mewah, meriah, dan menyenangkan.

Jadi bila wanita saja mampu menciptakan lingkaran persahabatan yang kuat, solid, dan suportif, kita juga sebagai pria sudah pasti mampu menciptakan persahabatan ideal yang seperti itu.

Wanita lebih mudah dan cepat akrab dan terbuka satu sama lain, mereka juga kerap menguatkan satu sama lain di saat satu di antara sahabatnya sedang terjatuh. Mereka sama-sama merasa saling memiliki dan merasa lebih puas bila sebagian waktunya dihabiskan unuk melewati kegiatan sehari-harinya bersama-sama.

Wanita bisa dengan mudah menciptakan ikatan persahabatan yang kuat karena mereka tidak merasa ingin saling mendominasi dan menguasai satu sama lain, atau merasa lebih unggul, lebih pintar, dan lebih hebat dari teman yang lainnya. Mereka berkumpul dan bersahabat secara alami karena mereka merasa itulah sebagian aspek terpenting yang mereka perlukan dalam hidup ini.

Bagaimana dengan pria? 

Sejak kecil pria sepertinya lebih sering didoktrin dan diajari untuk bisa lebih unggul, lebih hebat, lebih kuat, hingga pada saat dewasa munculah benih-benih ego dalam dirinya untuk selalu ingin bersaing, menguasai, dan mendominasi kelompok dan lingkaran sosialnya. Mereka selalu dituntut untuk tidak cengeng, lemah, payah.

Sehingga akibatnya pria jadi lebih sering terlihat jaim, dingin, dan cuek-cuek bebek bila sedang berada di dalam lingkaran teman-temannya. Mereka jadi merasa bukan pria dan telah kehilangan jati dirinya bila secara sengaja mau terbuka dan curhat tentang segala seluk beluk persoalan hidupnya pada temannya.

Hingga muncullah ide untuk selalu berusaha lebih kuat, lebih hebat, lebih pintar, lebih sukses, lebih dominan, dan lebih lainnya dibandingkan temannya yang lain. 

Hal itu tentu tidak sepenuhnya keliru, sikap-sikap dominan seperti kepemimpinan, kepintaran, keperkasaan, kejantanan, kewibawaan, kesuksesan memang sangat penting dan amat diperlukan oleh seorang pria karena ia ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin bagi wanita-wanitanya kelak

Namun dalam hal persahabatan dan proses dinamika sosial sering kali kita sebagai pria merasa cukup kesulitan untuk melucuti ego-ego yang menempel itu sejenak.

Jujur saja saya pun masih kerap merasa ingin terlihat dominan dan lebih unggul dari yang lain, yang akhirnya hal ini bisa saja membawa kita tergelincir untuk tidak mau kalah dan ingin selalu show of untuk membuktikan diri kepada yang lain.

Contoh kecil misalnya pada saat sedang berdiskusi, seringkali pria terangsang untuk membuktikan dan memperlihatkan betapa pintar dan cerdasnya mereka.

Hingga pada satu titik di mana ada pertemuan kontradiktif di antara cara berpikir mereka, mereka seringkali kesulitan untuk menerima sudut pandang yang lain. Disinilah awal mula munculnya perdebatan-perdebatan kusir yang tak berujung dan sikap kekanak-kanakan yang tidak elok dan mestinya perlu dihindari. 

Dengan hadirnya konsep Bromance ini, sudah seharusnya kita mulai mengubah paradigma kita bahwa bersinergi tentu jauh lebih baik daripada harus bersaing. 

Kalaupun selama ini kita kurang suportif dan kurang mengapresiasi bila ada teman atau sahabat kita yang sedang berhasil, dan hidupnya tengah berkembang dengan cukup signifikan, maukah kita dengan tulus memberinya ucapan Selamat? Atau turut berbahagia dan senang atas pencapaian dan prestasi yang baru saja ia raih?

Hal-hal kecil seperti itu saja sudah cukup sebagai bumbu-bumbu pelekat persahabatan, di mana kita saling mendukung, memuji, menolong, dan mengapresiasi satu sama lain.

Ah sungguh, kita tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya hidup ini bila kita selalu dikelilingi oleh teman-teman dan sahabat-sahabat yang begitu pengertian, solid, dan suportif, mungkin keberhasilan itu akan jauh lebih mudah diraih, dibanding kita hanya berjuang sendirian.

Tentu sebuah persahabatan dan kerja sama akan lebih banyak menghasilkan keuntungan dibanding kerugian, karena kita bisa belajar dan berkembang bersama-sama, saling mendukung dan saling motivasi dengan tulus tanpa mengharapkan apapun.

Kita bisa sama-sama berbagi keahlian, berbagi pengalaman, bahkan berbagi pengetahuan agar bisa tumbuh berkembang lebih dewasa lagi bersama-sama. 

Itulah karakter pria sejati atau "gentelman" yang sesungguhnya, yang lebih mengutamakan kebersamaan, persahabatan, dan persaudaraan yang kuat. Bukan menaklukan, berkelahi, bersaing atau saling mendominasi satu sama lain. Karena sesungguhnya hanya anak STM yang masih terlihat labil dan gemar tawuranlah yang masih mengadopsi sifat-sifat seperti itu. 

Jadi tunggu apalagi, segera rangkul sahabat-sahabat kita dan berikan pelukan paling hangat untuk mereka, berikan dukungan dan apresiasi yang tulus dalam setiap pencapaian, prestasi, dan keberhasilan mereka.

Karena itu akan semakin membuat hubungan persahabatan kita menjadi lebih sehat, kuat dan solid. Jadilah Bro-man's dan temukan bromance terbaikmu.

Maukah kau menjadi Bromance ku?? ;)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun