Mohon tunggu...
Revinda Augustina Ardania
Revinda Augustina Ardania Mohon Tunggu... Lainnya - Senior high school student

When plan A is not working, alphabet still has B to Z

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perseteruan Rasa

26 Januari 2021   14:47 Diperbarui: 26 Januari 2021   14:53 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/Seoirejiji

Drap drap drap

Kesunyian sepanjang jalan jembatan penyebrangan diisi oleh derap cepat seorang pria. Dengan statusnya yang seorang pria bukan berarti bebas dari kata menangis. Air matanya meleleh, membasahi hampir seluruh pipinya. Ini bukan atas kehendak logika, namun perasaan lah yang lebih berkuasa.

Derapnya terhenti. Sejenak menatap kesibukan kendaraan tengah malam. Dia mendekat ke pembatas, mencengkram pagar besi itu erat. Berharap dengan itu kesesakan dadanya menguap, nyatanya tidak semudah itu.

Beruntunglah  jembatan penyebrangan ini sepi. Selain karena malam sudah larut, jembatan ini tidak terlalu diminati untuk menyebrang. Pandangannya kembali buram, air mata sudah menggenang bersiap lagi turun. Satu tangannya mencengkram dada. Rasanya semakin sesak.

"ARGHHH!"

Sudah tidak tahan, pria itu berteriak lantang. Tenggorokannya terasa tercekat,  perlahan tubuhnya luruh ke bawah, bersandar di pagar pembatas. Setelah teriakan tadi, bukanlah kelegaan yang didapatkannya.

"Ke-kenapa di-dia mening-galkan-ku secepat i-ini.." racaunya tidak jelas. Dia mengusap wajah kasar.

"Mas Fakhril," panggil seorang wanita. Wanita itu mengabaikan tas yang dibawanya, dan bergegas menghampiri Fakhril yang sedang terduduk mengenaskan. Fakhril bergeming. Bahkan pria itu masih meracau tidak jelas dengan sorot mata kosong.

"Mas, seharusnya bukanlah seperti ini ketika mendengar kabar duka. Alangkah baiknya mendoakan, harapnya dia dapat mendapat yang terbaik."

Fakhril mulai menatap wanita  itu. Air matanya kembali luruh. Perlahan, tangan Fakhril digenggam, diyakinkan bahwa semua akan berjalan baik.

"Bersediakah kau menampung curahan hatiku?" tanya Fakhril pelan. Sontak membuat wanita itu terkejut, namun akhirnya mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun