Mohon tunggu...
Revi Jeane
Revi Jeane Mohon Tunggu... Freelancer - â–«

â–«

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Secercah Harapan Perdamaian di Yaman

7 November 2019   07:59 Diperbarui: 8 November 2019   09:47 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan Yaman dan Kelompok Separatis Yaman Selatan (STC) Menandatangani Kesepakatan Perjanjian Riyadh (Aljazeera/Handout/EPA)

Dukungan dari Gerakan Separatis Yaman Selatan terhadap Presiden Hadi kemudian melemah seiring berkembangnya ide pemisahan Yaman Selatan yang kembali mencuat lewat deklarasi pembentukan Dewan Transisi pada tahun 2017.

Dewan Transisi Selatan (STC) dan Dukungan Uni Emirat Arab (UEA)

Logo dan Peta Klaim STC (stc-uk.org/stcaden.com)
Logo dan Peta Klaim STC (stc-uk.org/stcaden.com)
Deklarasi pembentukan Dewan Transisi itu telah memancing kemarahan Presiden Hadi. Ia lalu menonaktifkan Gubernur Aden, Aidarus al-Zubaidi. Situasi tersebut membuat terpecahnya dukungan untuk pemerintah dan terbentuknya Dewan Transisi Selatan (STC) yang diketuai sendiri oleh Aidarus al-Zubaidi.

Sementara itu, UEA yang telah ikut membantu pemerintahan Yaman dalam perang melawan pemberontak Houthi, pada tahun 2016 membentuk Pasukan Sabuk Keamanan di kota Aden. Pasukan Sabuk Keamanan merekrut anggota dari Gerakan Separatis Yaman Selatan. 

Dengan terbentuknya STC, UEA yang telah memberikan bantuan finansial, melatih dan mempersenjatai Kelompok Separatis Yaman Selatan dalam Pasukan Sabuk Keamanan disebut-sebut telah memberikan dukungan terhadap pemisahan Yaman Selatan.

Anggapan tersebut diperkuat dengan adanya wacana penarikan pasukan UEA dari Yaman. Pada bulan Juli lalu, UEA mengatakan keputusan tersebut didasari oleh keinginan UEA mengubah stategi dalam konflik di Yaman dari "perang" menjadi "perdamaian" dan menginginkan diplomasi yang lebih aktif. 

Namun, strategi tersebut dinilai membuat UEA terlihat memiliki agenda lain dalam konflik Yaman.

Di akhir Agustus saat perebutan kekuasaan antara pemerintahan Yaman dan kelompok separatis Yaman Selatan terjadi, 30 prajurit pasukan pemerintahan pada kamis (29/8) tewas akibat serangan udara. 

Pemerintahan menuduh UEA bertanggung jawab atas penyerangan tersebut. Wakil Menteri Luar Negeri Yaman Mohammed Abdullah al-Hadrami melalui akun Twitter Kementerian Luar Negeri mengatakan "pemerintah mengutuk serangan udara UEA kepada pasukan pemerintah".

Kompleksitas Konflik Yaman mengarahkan Negara Itu Pada Krisis Kemanusian

Perebutan kekuasaan di Yaman semakin memburuk dalam kurun waktu empat tahun dengan adanya keterlibatan banyak pihak yang bertikai. Selain dengan Kelompok Houthi dan STC, pemerintah juga masih menghadapi perlawanan dari kelompok Al Qaeda di semenanjung Arab dan juga ISIS yang menguasai wilayah pedalaman dan sekitar garis pantai Yaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun