Saya menulis teks ini karena saya membutuhkan keterlibatan semua orang untuk mengubah kesadaran, mendorong tindakan kolektif untuk menghapus diskriminasi gender. Meskipun gerakan emansipasi perempuan kesetaraan gender sudah bergerak lama, diskriminasi berdasarkan jenis kelamin masih sering terjadi di berbagai aspek kehidupan.Â
Di Indonesia, perempuan masih menghadapi ketidakadilan yang nyata. Diskriminasi ini bukan hanya menghambat potensi individu, tetapi juga memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Memang betul, zaman dahulu kala laki- laki lah yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Seorang laki-laki diharapkan untuk berbuat lebih banyak, memiliki lebih banyak kekuasaan, menjadi punggung keluarga, melindungi para wanita dan saya mengerti bahwa diskriminasi gender mungkin masuk akal pada zaman dahulu dengan jumlah anak yang cenderung banyak.Â
Perlu diakui juga, proses mencari uang tidaklah sesulit sekarang. Jaman sekarang apakah cukup jika hanya laki- laki yang bekerja? Oke. Mungkin cukup, bagi keluarga dari kalangan atas dengan pekerjaan tetap sang lelaki.Â
Namun, bagaimana untuk keluarga yang berada di kalangan menengah kebawah? Hal tersebut tentu memberikan dampak negatif pada kedua kaum laki-laki dan perempuan. Saya percaya, kita laki- laki maupun perempuan tidak perlu bersusah payah mempertahankan norma-norma tersebut jika hal tersebut tidak masuk akal.
Sebagai seorang wanita, saya merasa saya harus mampu membuat keputusan tentang keinginan saya sendiri, dihormati secara sosial setara seperti pria. Toh, ada pelatihan bela diri dan olahraga membuat para perempuan setara dengan para lelaki. Namun sayangnya kita harus menerima fakta bahwa tidak ada satu negarapun di dunia ini yang dapat memberikan hak- hak ini kepada semua wanita.Â
Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang dapat mengatakan bahwa mereka telah mencapai kesetaraan gender. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia pada tahun 2023 mencapai 0,447. Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan gender masih menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi, terutama di bidang pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik.
Norma-norma tradisional yang bertahan hingga kini sering kali memperparah diskriminasi gender di berbagai bidang, termasuk dalam hal akses pendidikan dan pekerjaan. Meskipun akses pendidikan sudah lebih terbuka untuk perempuan, masih banyak daerah yang menganggap pendidikan tinggi bukanlah prioritas bagi perempuan. Tidak hanya di ruang publik, diskriminasi gender juga sering kali terasa di ruang privat, seperti dalam keluarga.Â