Mohon tunggu...
revalianahalim1332013
revalianahalim1332013 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa dari SPK SMAK PENABUR Kelapa Gading

roses n chocolate lovers

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Diskriminasi Gender? Udah Basi di Era Ini!

3 Desember 2024   13:42 Diperbarui: 3 Desember 2024   13:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari penulis. Anak laki-laki di sebelah kiri, anak perempuan di sebelah kanan di tempat wisata kebon malam. Beda gender memiliki view yang berbed

Saya menulis teks ini karena saya membutuhkan keterlibatan semua orang untuk mengubah kesadaran, mendorong tindakan kolektif untuk menghapus diskriminasi gender. Meskipun gerakan emansipasi perempuan kesetaraan gender sudah bergerak lama, diskriminasi berdasarkan jenis kelamin masih sering terjadi di berbagai aspek kehidupan. 

Di Indonesia, perempuan masih menghadapi ketidakadilan yang nyata. Diskriminasi ini bukan hanya menghambat potensi individu, tetapi juga memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat.

Memang betul, zaman dahulu kala laki- laki lah yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Seorang laki-laki diharapkan untuk berbuat lebih banyak, memiliki lebih banyak kekuasaan, menjadi punggung keluarga, melindungi para wanita dan saya mengerti bahwa diskriminasi gender mungkin masuk akal pada zaman dahulu dengan jumlah anak yang cenderung banyak. 

Perlu diakui juga, proses mencari uang tidaklah sesulit sekarang. Jaman sekarang apakah cukup jika hanya laki- laki yang bekerja? Oke. Mungkin cukup, bagi keluarga dari kalangan atas dengan pekerjaan tetap sang lelaki. 

Namun, bagaimana untuk keluarga yang berada di kalangan menengah kebawah? Hal tersebut tentu memberikan dampak negatif pada kedua kaum laki-laki dan perempuan. Saya percaya, kita laki- laki maupun perempuan tidak perlu bersusah payah mempertahankan norma-norma tersebut jika hal tersebut tidak masuk akal.

Foto dari penulis. Dompet wanita kosong ketika mau bayar parkir.
Foto dari penulis. Dompet wanita kosong ketika mau bayar parkir.

Sebagai seorang wanita, saya merasa saya harus mampu membuat keputusan tentang keinginan saya sendiri, dihormati secara sosial setara seperti pria. Toh, ada pelatihan bela diri dan olahraga membuat para perempuan setara dengan para lelaki. Namun sayangnya kita harus menerima fakta bahwa tidak ada satu negarapun di dunia ini yang dapat memberikan hak- hak ini kepada semua wanita. 

Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang dapat mengatakan bahwa mereka telah mencapai kesetaraan gender. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia pada tahun 2023 mencapai 0,447. Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan gender masih menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi, terutama di bidang pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik.

Foto dari penulis. Ilustrasi diskriminasi wanita di lingkungan.
Foto dari penulis. Ilustrasi diskriminasi wanita di lingkungan.

Norma-norma tradisional yang bertahan hingga kini sering kali memperparah diskriminasi gender di berbagai bidang, termasuk dalam hal akses pendidikan dan pekerjaan. Meskipun akses pendidikan sudah lebih terbuka untuk perempuan, masih banyak daerah yang menganggap pendidikan tinggi bukanlah prioritas bagi perempuan. Tidak hanya di ruang publik, diskriminasi gender juga sering kali terasa di ruang privat, seperti dalam keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun