Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadilah Anak Bangsa yang Kreatif

25 Februari 2022   09:13 Diperbarui: 25 Februari 2022   09:21 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekayaan budaya Nusantara yang menggambarkan kearifan lokal yang tinggi akan punah bila pewarisnya tidak mengenali dan tidak berusaha mengembangkannya. Itulah sebabnya Yayasan ATSANTI mengajak anak-anak muda usia SMA untuk mengenali sepuluh obyek pemajuan kebudayaan dalam ATSANTI Youth Festival II (AYF II) dengan tema "Temu, Kenali, dan Lestarikan Objek Pemajuan Kebudayaan Indonesia". Jadilah anak bangsa yang kreatif, mampu berkolaborasi dan membesarkan nama Indonesia di dunia, adalah pesan utama dalam AYF II ini.

Setelah mengingatkan anak muda akan pentingnya kesatuan bangsa dalam AYF I, kali ini ATSANTI berusaha menggugah semangat mencipta dan berkreasi kaum muda dalam pengembangan kebudayaan Indonesia.

dokpri
dokpri
Dalam Undang Undang Pemajuan Kebudayaan No 5 tahun 2017, ada sepuluh objek pemajuan kebudayaan yaitu tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus. Agar kaum muda tertarik untuk mengenalinya, ditampilkan role model, orang-orang yang sudah bergerak menjalankan pemajuan kebudayaan ini.

Selama dua hari, 19 -- 20 Februari 2022, lebih dari 200 peserta AYF II yang berasal dari 37 sekolah menengah dari 25 daerah di Indonesia, berkumpul dan mengenali betapa kaya kebudayaan Indonesia.

Yori Antar, arsitek senior yang bergelut dalam preservasi rumah adat, memukau peserta dengan tampilan visual rumah-rumah tradisional yang dibangun kembali dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat. Kekayaan budaya yang tergali, bukan hanya dari rumah adat itu sendiri, melainkan juga dari hasil kebudayaan lain seperti kain tenun, dan hasil kriya lainnya.

Yori terkenang pada pertemuannya dengan Dalai Lama di Tibet. Ketika ia menyatakan kekagumannya, Dalai Lama mengatakan telah lebih dahulu mengagumi dan mengenal Indonesia karena Maha Guru Atisa Dipamkara Srijnana, gurunya, pernah tinggal dan belajar di Muara Jambi, pada era Sriwjaya. "Karena itu, jadikanlah bangsa ini besar! Jangan hanya menjadi follower," pesan Yori Antar pada peserta muda yang menjadi pewaris dan penerus kebudayaan Indonesia.

dokpri
dokpri
Bagi yang menyenangi dunia seni suara, kehadiran Endah Laras menjadi penarik untuk lebih mengenali keroncong. Seniman yang penyanyi sekaligus penari ini juga merambah dunia seni peran melalui perannya dalam beberapa film. Yang digali pada pertemuan AYF II ini terutama adalah kemampuannya membawa keroncong berkeliling dunia dengan berkolaborasi bersama seniman-seniman Indonesia hingga seniman mancanegara.

"Teruslah bergaul dengan banyak teman dan komunitas. Gunakan sosmed dengan bijak. Dan, jangan pernah berhenti di zona nyaman," demikian pesan Endah Laras kepada peserta. Ia juga mengingatkan untuk tidak pernah takut mengungkapkan ide di depan senior. "Belajar itu tidak pernah berhenti. Senioritas tidak berarti berhenti belajar, tetap harus mau belajar dari yang lebih muda," pungkasnya.

Kolaborasi adalah juga salah satu kemampuan yang diinginkan muncul dari antara peserta AYF. Panitia yang berasal dari berbagai sekolah berkoordinasi secara daring untuk menyiapkan penyelenggaraan festival kaum muda ini. Peserta juga dikelompokkan dengan penyebaran asal sekolah dan daerah agar dalam kegiatan diskusi kelompok dapat membangun kerja tim dalam keberagaman.

dokpri
dokpri
Pada hari kedua festival hadir Lalu Suryadi Mulawarman, seorang seniman tari yang selain penari juga biasa menjadi penata tari atau koreografer. Seniman NTB yang sudah membawa nama Indonesia ke mancanegara ini juga sudah mendidik generasi penerus. Sebagai art director dari kelompok tari SMPN 2 Mataram, ia membawa Gadisa Alya Widiasari dan teman-temannya yang tergabung dalam Krenteg Dance menjadi juara I International Competition and Festival of Arts, Grand Online Eurofest 2021 kategori Dance Performance.

Gadisa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), bercerita bagaimana ia merintis kemampuan menarinya dari kecil. Tentunya diperlukan ketekunan dan niat untuk terus belajar meningkatkan kemampuan menarinya. Gadisa yang sudah kelas 9 bersama teman-temannya yang masih duduk di kelas 8 sangat gembira dan bangga akan prestasi yang mereka dapatkan. Tentunya, mereka akan berusaha untuk tampil lebih baik lagi. Gadisa yang sudah punya serangkaian prestasi dari tari tampaknya akan terus menggali dari khazanah tari Nusantara.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun