Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murti Bunanta dan Cerita Kota

26 Agustus 2019   11:12 Diperbarui: 26 Agustus 2019   11:25 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shakuntala Kartikasari memberikan cindera mata dari IAI DKI Jakarta (foto: Retty)

Tapi, anak itu tetap bersikeras dengan pilihannya. Penasaran, saya dekati guru tersebut dan bertanya mengapa ia terlihat keberatan anak itu menukarkan semua kuponnya untuk buku tersebut. "Miss, buku itu memang buku yang dia bawa sendiri dari rumah. 

Sebenarnya sudah kami pesankan untuk membawa buku yang sudah tidak mau dibaca lagi. Sepertinya, Ibunya menganggap buku itu sudah terlalu kekanak-kanakan untuknya, atau mungkin salah terbawa dalam buku sumbangan. Dan dia tidak mau melepaskan buku itu, walaupun awalnya sudah menyumbangkannya." 

Cerita sebuah kota bahkan bisa dituangkan dalam bentuk scarf (foto: Retty)
Cerita sebuah kota bahkan bisa dituangkan dalam bentuk scarf (foto: Retty)

Rupanya memang benar, anak yang mencintai sebuah buku akan terus membacanya. Dan sebuah buku bisa menjadi sumber inspirasi, bahkan menggugah kreativitas anak di kemudian hari. 

Sebuah buku yang sangat tebal bisa jadi baru selesai dibacakan pada anak setelah tiga bulan. Atau mungkin juga sebuah buku untuk anak tidak perlu kata-kata lagi karena illustrasi yang ditampikannya begitu komunikatif secara visual.

Salah satu koleksi menarik yang dipamerkan hari itu adalah buku "Make Way for Ducklings". Buku yang aslinya diterbitkan tahun 1941 oleh penulis merangkap illustrator buku anak dari Amerika, John Robert McCloskey, menggambarkan keluarga itik yang yang memutuskan untuk tinggal di sebuah taman di tengah kota Boston.

 Menarik sekali untuk melihat betapa penggambaran taman kota yang ada di dalam buku itu, bisa terlihat dalam illustrasi buku tersebut. Tanpa berkunjung ke Boston, sebenarnya pembaca sudah terlebih dahulu berkunjung ke sana melalui ilustrasi buku tersebut.

Satu lagi buku menarik yang juga diceritakan kembali dengan sangat menarik oleh dosen yang juga pandai mendongeng ini, adalah buku A Stroll with Mr. Gaudi. 

Penulis sekaligus ilustratornya, Pau Estrada, sanggup mengajak anak-anak untuk berkenalan dengan Gaudi bersama karya-karya arsitekturnya. 

Bukan hanya itu, pembaca buku ini juga diajak untuk mengenali kesedihan Gaudi ketika karyanya tidak dihargai oleh masyarakat di sekitarnya. 

Karya yang kini menjadi bagian dari penarik wisatawan ke Barcelona ternyata punya kisah lain dari zamannya. Buku ini ternyata selain dipuji banyak orang, juga dijadikan patokan oleh beberapa situs sebagai jalur untuk wisata keluarga, berjalan-jalan bersama Gaudi.

Cara Murti Bunanta berkisah tentang kota melalui koleksi yang dibawanya sungguh menarik. Semoga tantangan Imelda Akmal melalui ImajiBooks agar peserta workshop bisa menggali ide dengan kreatif untuk menambah bacaan anak yang berkualitas, yang juga bisa dibawa ke pembaca di luar negeri sebagai represantasi Indonesia, bisa terwujud. 

Peserta workshop berfoto bersama narasumber (foto: Retty)
Peserta workshop berfoto bersama narasumber (foto: Retty)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun