Semalam, di teras depan rumah (kontrakan) kami, suami saya bersama dua bapak tetangga kami  terlibat obrolan mengenai politik khususnya pemilu. Saya mendengar obrolan mereka dari ruang tamu tempat saya menonton televisi.
Mendengar obrolan yang semakin seru, saya pun tergelitik untuk ikut nimbrung, sekaligus mau nanya-nanya tentang pemilu. Kebetulan salah satu bapak tetangga itu merupakan perangkat kelurahan, entah jabatannya sebagai apa saya kurang tahu (gak pernah nanya sih).
Saya pun keluar dengan menyuguhkan tiga cangkir kopi dan setoples camilan. Kebetulan saat saya keluar, obrolan mereka sedang berjeda. Kesempatan buat saya nimbrung sebentar (saru ya hihii..). Langsung saja saya bertanya pada Bapak A yang notabene perangkat kelurahan.
*****
Saya    : "Maaf nih Bapak-bapak menyela sebentar, saya mau tanya sedikit tentang pemilu sama Bpk A. Gini Pak, KTP saya kan KTP daerah, apa bisa saya nyoblos di sini?"
Bpk A : "Ooo ya pasti bisa donk. Mbak datang aja ke Pak RT biar di data. Terus jangan lupa hubungi kampung Mbak, biar jangan didata disana, jadi gak double."
Saya    : "Saya kira gak bisa Pak KTP daerah nyoblos di Jakarta. Ternyata bisa ya, maklum jarang ngikutin berita politik sih. Sayangnya saya sudah didata di kampung Pak."
Bpk AÂ : "Kalau sudah terdata di kampung ya gak masalah, nanti pas pemilu kan bisa mudik dulu Mbak."
Saya    : "Dan sayangnya lagi, saya gak bisa mudik Pak. Karena belum tahu apakah tanggal 9 April itu libur atau gak. Kalaupun libur juga percuma cuma satu hari. Capek di jalan dan di ongkos hehe..."
Bpk AÂ : "Terus mau golput nih ceritanya?"
Saya    : "Ya bisa dibilang begitu Pak." (senyum-senyum)