Mohon tunggu...
Resty
Resty Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat fiksi dan non-fiksi

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Drama Korea "Misaeng" dan Potret Perempuan dalam Dunia Kerja

19 September 2019   00:41 Diperbarui: 19 September 2019   20:28 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi film Misaeng | Asiawiki.com/Misaeng

Bagi saya, sangat menyedihkan untuk melihat perempuan harus melepaskan mimpinya sebab merasa takut suami akan "tersinggung." Bagi saya, setiap orang, termasuk perempuan pantas untuk mendapatkan pasangan yang mendukung mimpi-mimpinya.

Suatu ketika saya menonton ceramah tentang pernikahan dari Quraish Shihab, ulama yang saya kagumi. Beliau mengatakan bahwa bentuk hubungan suami-istri adalah kerjasama (partnership). 

Bagi saya, kalimat ini sangat berarti sebab hubungan kerjasama berarti bahwa tidak dari pasangan yang harus menanggung beban ganda. Ibu pekerja tidak harusnya sendirian menanggung urusan rumah tangga seperti memasak, mengurus anak, dan lain-lain. Suami selayaknya menjadi partner yang juga membantu urusan rumah. 

Saya sangat sering mendengar kata-kata seperti "tidak apa-apa jika perempuan bekerja asalkan tidak meninggalkan kewajibannya di rumah." Bagi saya pribadi, hal tersebut harusnya berlaku baik bagi ayah maupun ibu. Keduanya memiliki kewajiban atas rumah tangga dan hal itu dapat dibicarakan dengan jelas sebelum menikah.

Di antara banyaknya drama korea yang biasanya justru menyiratkan patriarki, saya pribadi sangat menyukai Misaeng karena mengangkat topik permasalahan perempuan.

Drama Korea kebanyakan selalu menunjukan stereotif di mana perempuan menjadi pihak lemah yang hanya bermodal cantik sementara laki-laki menjadi pihak kuat dan kaya yang akan menolong perempuan. Sangat menyenangkan untuk sesekali melihat bagaimana pemeran perempuan menjadi lebih kompeten sebab di dunia nyata juga sangat banyak perempuan yang kompeten.

Ketika mendengarkan tentang bagaimana perempuan mengalami berbagai ketidakadilan karena takdirnya yang lahir sebagai perempuan, hal yang pertamakali terlintas dalam pikiran saya adalah "Ya sudah! Berhentilah merengek. Kita bekerja saja dan buktikan kita juga bisa." Namun nampaknya agak sulit untuk menerapkan kalimat ini. 

Dalam situasi di mana bahkan masih banyak orang yang berpikir bahwa perbedaan status perempuan dan laki-laki memang merupakan suatu hal wajar yang tidak perlu dipersoalkan, sulit untuk fokus bekerja dan membuktikan kualitas. Sebab stereotif buruk selalu akan ada di sana meskipun kita berusaha keras. Maka, menyuarakan masalah pun sama pentingnya dengan usaha membuktikan diri.

Drama ini adalah drama yang sangat saya rekomendasikan. Bukan hanya mengangkat masalah perempuan dalam dunia kerja, drama ini juga mengangkat berbagai persoalan lain terkait orang kantoran. 

Drama ini adalah tipe drama yang meningkatkan semangat kita untuk terus bekerja mengejar cita-cita dan sekaligus drama yang mengajak kita berpikir mendalam soal kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun