Mohon tunggu...
Resti Nur Laila
Resti Nur Laila Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice dengan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi Refleksi, Hasil dan Dampak)

10 Desember 2022   12:29 Diperbarui: 10 Desember 2022   13:09 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pasca pandemi Covid-19, kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah berlangsung 100% tatap muka. Setelah digempur dengan tantangan untuk mengajar secara daring, kini guru kembali ditantang mengajar secara luring dan bertemu kembali dengan segala permasalahannya. Guru sebagai aktor utama dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peran yang besar dalam menyelesaikannya. Penulis mengidentifikasi empat (4) permasalahan pembelajaran yang terjadi di SMA Negeri 1 Donorojo diantaranya adalah sebagai berikut.

Motivasi belajar siswa rendah

  • Rendahnya motivasi belajar dilatarbelakangi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa misalnya kemampuan atau pemahaman siswa terhadap suatu pelajaran yang cenderung rendah, siswa yang belum memiliki pandangan masa depan, gaya belajar pasca pandemi dan siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran tersebut. Faktor kedua adalah faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak membuat siswa menjadi lebih termotivasi.
  • Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai guru, penulis memiliki peran dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah rendahnya motivasi dengan mengubah cara mengajar menggunakan model dan metode yang tepat. Oleh karena itu penulis memilih model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode pembuatan mind map (peta konsep) sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Melalui problem based learning, guru dapat berperan untuk menstimulasi siswa untuk mendalami berbagai alternatif penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memotivasi semangat dalam belajar, mind map tersebut dapat menjadi media kreativitas siswa dalam menyalurkan pemikiranya atas alternatif solusi tersebut. Karena siswa dibebaskan untuk menggambar mind map-nya, maka siswa menjadi lebih antusias dalam belajar.
  • Problem based learning menekankan pendalaman masalah yang disajikan oleh guru. Agar diskusi berjalan sesuai dengan kaidah keilmuan dan normatif maka guru bertanggung jawab untuk mengawasi namun sekaligus membatasi agar diskusi berjalan netral.

Rendahnya keaktifan siswa saat belajar

  • Keaktifan siswa menjadi kurang di kelas karena selama ini guru belum menggunakan metode pembelajaran inovatif. Model pembelajaran dengan metode ceramah lebih banyak digunakan dibandingkan metode yang inovatif dengan dalih metode pembelajaran inovatif memerlukan waktu persiapan lebih banyak dibandingkan model lainnya. Padahal model pembelajaran inovatif dapat meningkatkan keaktifan siswa karena model ini memusatkan siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Selain itu, ketergantungan siswa terhadap gawai pasca pandemi covid-19 membuat siswa hanya terpaku untuk screen time dibandingkan dengan melakukan kegiatan motorik kasar.
  • Berdasarkan eksplorasi dan analisis alternatif solusi, maka solusi yang relevan yang penulis ambil adalah dengan membuat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran Project Based Learning. Untuk menambah keaktifan siswa, project based learning dapat dikolaborasikan dengan metode pembelajaran scrapbook.
  • Peran dan tanggung jawab guru sangat besar untuk mensukseskan model pembelajaran ini. Pada model project based learning, guru berperan untuk mempersiapkan alat dan bahan proyek, serta konten materi yang tepat. Karena pada pembelajaran kali ini guru akan membuat proyek scrapbook, maka alat dan bahan yang dibutuhkan adalah kertas karton besar, gunting, lem, alat perekat serta potongan-potongan materi yang dibuat oleh siswa. Model pembelajaran proyek scrapbook ini menggunakan TPACK dengan pemanfaatan canva sebagai media dalam membuat konten scrapbook.
  • Tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran ini adalah memantau siswa dalam mengerjakan proyeknya hingga mereka berhasil membuat satu produk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kemampuan literasi siswa yang rendah

  • Hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 71 dari 77 negara di dunia. Permasalahan literasi menjadi masalah yang juga dihadapi penulis. Rendahnya literasi siswa menyebabkan pengetahuan siswa mengenai suatu materi pelajaran juga rendah. Hal ini diketahui berdasarkan hasil ulangan harian, penilaian tengah semester maupun penilaian akhir semester, hanya sekitar 30% siswa yang lulus diatas KKM.
  • Berdasarkan hasil kajian literatur, penyebab rendahnya literasi siswa adalah karena terbatasnya sarana dan prasarana membaca seperti ketersediaan buku di perpustakaan, situasi belajar yang kurang memotivasi, dan kurangnya role model dikalangan guru bagi siswa dalam hal membaca. Perkembangan teknologi informasi membuat siswa tidak tertarik untuk membaca. Kebiasaan membaca di keluarga yang rendah serta daya beli masyarakat untuk membeli buku yang rendah juga menjadi rendahnya literasi dikalangan siswa.
  • Masalah literasi dapat dipecahkan dengan memilih model dan metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan survei dan kajian literatur yang penulis lakukan, maka penulis memilih model problem based learning yang dipadukan dengan metode Cooperative Strategic Reading (CSR). Alasan penulis memilih model ini adalah karena sesuai dengan karakteristik materi sosiologi dimana melalui model ini siswa dapat dilatih untuk memecahkan permasalahan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk permasalahan literasi dapat diatasi dengan menggunakan metode cooperative strategic reading dimana siswa akan dikondisikan untuk membaca bersama dengan teman kelompoknya sehingga kegiatan membaca tidak lagi terasa berat karena dilakukan bersama-sama.
  • Peran guru dalam mensukseskan model pembelajaran ini adalah memandu siswa untuk memecahkan permasalahan yang menjadi topik diskusi mereka. Dalam metode CSR guru membimbing siswa untuk membaca artikel karena terdapat langkah-langkah CSR yang wajib dijalankan oleh siswa agar mereka dapat mengetahui pokok permasalahan dan solusinya.
  • Tanggung jawab guru sama seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa guru bertanggung jawab untuk memandu diskusi agar berjalan secara netral.

Capaian hasil belajar siswa yang belum maksimal

  • Proses pembelajaran tidak dapat dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan harapan guru, oleh karena itu capaian hasil belajar merupakan tolak ukur kesuksesan proses pembelajaran. Permasalahan ini juga dihadapi oleh penulis dan menjadi permasalahan paling krusial dan harus diselesaikan.
  • Berdasarkan hasil kajian literatur, beberapa hal yang menyebabkan capaian belajar siswa rendah antara lain:
  • absensi peserta didik menjadi faktor penghambat dalam pelaksaan pembelajaran High Order Thinking Skill;
  • peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang lamban tidak dapat mengejar kemampuan belajar peserta didik dapat menyerap materi dengan cepat;
  • keterbatasan peralatan seperti proyektor, infocus dll;
  • faktor penghambat yang paling utama pembelajaran jarak jauh pada saat pandemi covid-19 adalah terkendalanya sinyal atau jaringan yang sangat menghambat terlaksananya pembelajaran yang menyebabkan peserta didik atau guru sangat mungkin telat pada jam pelajaran, serta tidak semua peserta didik memiliki kuota internet guru tentang penyusunan soal dan penilaian berbasis HOTS;
  • kemampuan siswa dalam belajar yang cenderung lambat sulit mengejar ketertinggalan dengan siswa yang belajarnya cepat;
  • guru belum mengajar secara bertahap mulai konsep yang paling sederhana ke konsep yang lebih rumit.
  • Untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini penulis memilih model pembelajaran project based learning dengan membuat infografis sebagai proyek pembelajarannya. Infografis memetakan cara berpikir siswa sehingga mereka dapat lebih mudah memahami pokok bahasan materi.
  • Peran guru dalam project based learning sama seperti penjelasan sebelumnya dimana guru mempersiapkan alat dan bahan serta materi. Untuk proyek kali ini siswa hanya membutuhkan gawai untuk menyusun infografisnya.
  • Tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran ini adalah memantau siswa dalam mengerjakan proyeknya hingga mereka berhasil membuat satu produk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Beberapa praktik yang telah dilaksanakan penulis penting untuk dibagikan karena dapat menjadi referensi guru-guru lain dalam menyelesaikan masalah pembelajaran. Terlebih karena model pembelajaran inovatif memiliki banyak keunggulan dan keefektifan dalam pembelajaran sehingga layak untuk dicoba.

Dalam melaksanakan model dan metode pembelajaran di atas, tentu penulis mendapat tantangan-tantangan yang dapat menghambat keberhasilan dalam memecahkan masalah. Tantangan yang dihadapi dalam setiap penyelesaian masalah adalah sebagai berikut:

Tantangan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

  • Motivasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan mereka. Pergaulan siswa di luar sekolah tidak dapat diawasi oleh guru secara langsung bahkan orang tua mereka terkadang juga sulit memantau karena sibuk bekerja. 
  • Pergaulan siswa menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Lingkungan pergaulan siswa di kawasan pesisir bukanlah lingkungan yang kental dengan budaya belajar. Bahkan bisa dikatakan lingkungan pesisir banyak terjadi kenakalan remaja.
  • Di daerah Jepara sendiri banyak anak-anak lulusan SMA yang lebih memilih bekerja di pabrik dari pada melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Untuk bisa menjawab tantangan tersebut, pihak-pihak yang terlibat selain penulis sebagai guru mata pelajaran adalah guru BK yang memberikan konseling kepada siswa agar lebih termotivasi untuk sekolah. Selain itu orang tua juga punya peran sangat besar karena merekalah tempat penanaman nilai dan norma yang utama. 
  • Tantangan lain yang dihadapi guru adalah keterbatasan bahan bacaan seperti buku paket yang disediakan oleh perpustakaan. Selain karena jumlah buku yang terbatas, terkadang ada juga buku dengan kualitas yang kurang baik. Padahal dalam menjalankan model problem based learning dibutuhkan referensi untuk dapat menunjang kedalaman materi. Sebaiknya perpustakaan memberikan banyak pilihan referensi untuk bahan bacaan anak.
  • Tantangan lainnya adalah keterbatasan waktu yang dimiliki guru dalam mempersiapkan pembelajaran. Di sekolah, guru juga memiliki tugas tambahan lain misalnya seperti menjadi pembimbing ekstrakurikuler, atau menjadi pembina OSIS. Jumlah jam mengajar yang banyak juga menjadi beban tersendiri bagi guru. Dengan jadwal mengajar yang lebih dari 24 jam, energi guru menjadi terkuras sehingga mereka sudah tidak memiliki tenaga untuk mempersiapkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Kurangnya sumber daya manusia di sekolah membuat guru mempunyai beban mengajar yang besar. Oleh sebab itu sebaiknya pemerintah perlu memperhatikan hal ini agar masalah beban kerja dapat teratasi.

Tantangan untuk meningkatkan keaktifan siswa saat belajar

  • Karakteristik siswa sebagai generasi A sangat mempengaruhi keaktifan mereka dalam belajar. Generasi A dikenal sebagai generasi yang sudah mengenal teknologi internet sejak kecil. Oleh karena itu mereka cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawainya hingga mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan kegiatan motorik mereka cenderung rendah. Selepas pembelajaran daring karakteristik siswa yang pasif karena faktor tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk guru. Sebagian siswa menjadi lebih aktif saat guru menjalankan model project based learning dengan metode scrapbook, namun sebagian yang lain tidak demikian. Ada beberapa dari siswa yang hanya melihat teman-temannya bekerja, sehingga guru harus terus mengawasi dan memberikan pengertian agar mereka juga mau aktif belajar. Pihak yang dapat membantu mensukseskan pemecahan masalah ini adalah orang tua. Orang tua sebaiknya meluangkan waktu mereka untuk berinteraksi dengan anak sejak dini sehingga kegiatan anak tidak hanya screen time saja, namun juga ada kegiatan fisik lainnya. Sekolah juga dapat mengaktifkan dan mendorong siswanya untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler untuk membangun fisik mereka.
  • Proses pembelajaran project based learning dengan scrapbook sebagai proyeknya memiliki tantangan yang berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Dalam model PjBL, keterbatasan waktu untuk mengerjakan proyek membuat guru harus merencanakan dengan matang supaya waktu yang terbatas dapat digunakan secara efektif.

Tantangan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa

  • Pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning dengan metode Cooperative Strategic Reading tentu saja memiliki tantangan, diantaranya:
  • Kemampuan pemahaman siswa terhadap suatu teks kurang, hal ini disebabkan karena sejak kecil lingkungan mereka tidak membiasakan mereka untuk berliterasi.
  • Kurangnya sumber literatur sebagai sumber informasi penulis dalam melaksanakan metode ini. CSR lebih banyak digunakan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Oleh karena itulah hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis dalam melaksanakannya.
  • Model dan metode pembelajaran ini membutuhkan persiapan yang panjang mulai dari mempersiapkan permasalahan yang akan diangkat, ketepatan pemilihan artikel sebagai bahan bacaan, mempersiapkan media pembelajaran, LKPD dan sebagainya.
  • Ketersediaan waktu yang terbatas bagi penulis karena tugas-tugas lain di sekolah.
  • Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, orang tua mempunyai andil yang besar dengan membangun kebiasaan menbaca anak-anak sejak dini. Guru sebagai ujung tombak pendidikan formal siswa harus dapat menjadi role model siswa sehingga mereka lebih termotivasi untuk membaca. Sekolah melalui perpustakaan juga sebaiknya menyediakan berbagai referensi untuk siswa, tidak hanya buku-buku mata pelajaran (non fiksi) namun juga buku fiksi untuk membangun imajinasi siswa.

Tantangan untuk meningkatkan capaian belajar siswa 

  • Capaian belajar siswa yang tidak sesuai harapan terjadi karena beberapa faktor, yaitu siswa tidak memahami materi, siswa tidak mengerti perintah soal, dan kemampuan menganalisa yang dimiliki oleh siswa masih rendah.
  • Berdasarkan wawancara dengan siswa, faktor yang membuat capaian belajar rendah adalah karena banyak guru yang memberikan soal yang bisa ditemukan di Google, soal analisis jarang ditemukan, namun apabila diberikan soal seperti itu, siswa akan kesulitan menjawab.
  • Capaian belajar siswa yang rendah merupakan permasalahan besar dengan faktor penyebab yang bersifat struktural dan kultural. Maka pihak-pihak yang terlibat untuk menyelesaikan masalah ini adalah pemerintah, masyarakat, orang tua dan sekolah dan guru.
  • Sebagai salah satu pihak yang mempunyai peran dalam menjawab tantangan ini, penulis melakukan praktik pembelajaran dengan model PjBL dan metode infografis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun