Mohon tunggu...
Veronica Rompies
Veronica Rompies Mohon Tunggu... Wiraswasta - hobi ngomong, omongannya ditulis. haha.

Lulus tahun 1998 dari Universitas Darma Persada, Jakarta jurusan Sastra Inggris D3. Memulai bisnis furniture sejak tahun 2000 di Jepara, hingga saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Untuk Anakku, dan Orangtua yang Mampu Mencinta

30 September 2017   18:27 Diperbarui: 30 September 2017   18:38 1961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Nak, sengaja ku tumpahkan dalam tulisan segala nasihat ku untuk mu.  Ku harap dengan tulisan, aku kan dapat memberi apa yang bisa ku tinggalkan kepadamu, sesuatu yang lebih berharga daripada sekedar materi.  Mungkin saat ini kau tidak dapat memahami keseluruhan maksud dari tulisan ku, namun simpanlah Nak, kelak suatu saat nanti kan dapat kau petik sesuatu yang dapat berguna bagi hidup mu atau adik mu, karena aku tak bisa mendampingi mu selamanya.

Ketahuilah Nak, tidak ada orang yang bisa menjadi dirimu, lebih baik daripada kamu sendiri.  Tidak ada yang dapat mengenal dirimu lebih dalam daripada engkau sendiri, maka letakan keyakinanmu pada dirimu.  Aku, orangtua mu, boleh saja memberikan nasehat dan pandangan tentang kehidupan, karena kami telah lebih dulu melalui banyak hal yang belum pernah engkau lalui.  Terkadang kami tahu sesuatu yang terjadi sebagai akibat dari suatu sebab, yang biasanya timbul di usia-usia seperti mu.

Namun Nak, sejujurnya, kami pun bisa salah.  Karena terkadang kami memiliki keinginan untuk menciptakan sosok yang kami inginkan pada mu, mengambil sebagian besar kehidupan mu untuk kami ciptakan sebagai kehidupan kedua kami, dan menyempurnakan kegagalan kami sendiri dengan cara merampas kehidupanmu.
Ku akui, seringkali timbul keinginan untuk membentukmu menjadi seseorang yang ku inginkan.  Maafkan, Nak, kau berhak atas hidup mu sendiri.  Tanpa sadar, kami orangtua, berpura-pura tidak mengerti batasan antara wujud cinta kasih dan nafsu kami untuk menjadikan mu seseorang yang kami inginkan, agar kami dapat bertindak sesuai keinginan, lalu mengatasnamakan cinta dalam nafsu kami.
Bahkan, pada saat menuliskan ini pun aku tidak terlalu yakin apakah aku benar-benar terbebas dari keinginan ku sendiri atas hidup mu, Nak.  Dan hanya ada satu cara bagimu, dengarlah kata hatimu sendiri dan kenali reaksi tubuhmu.  Ingatlah, kau boleh menerima nasehat, membaca tulisan tentang kehidupan, tuntunan kebaikan dari manapun..., namun jangan pernah abaikan suara hatimu.  

Tidak ada satu keharusan untuk meyakini buah pikiran orang lain tentang kehidupan, kau memiliki hidup dan pengalaman mu sendiri.  Pakailah pengalaman dan buah pikiran orang lain hanya sebagai wacana, sebagai referensi.  Sebelum kau sendiri memiliki pengertian cukup tentang itu untuk dapat menganalisanya, biarkanlah hal-hal tersebut tetap menjadi sebuah wacana.
Kelak akan timbul banyak pertanyaan dalam benakmu tentang kehidupan.  Ketahuilah Nak, dunia menyediakan banyak jawaban baku yang mengharuskan kau menerima tanpa boleh mempertanyakan dengan alasan moralitas dan sejenisnya.  Namun kini ku katakan padamu Nak, carilah jawaban mu sendiri jika jawaban baku yang disediakan dunia tidak dapat diterima oleh pikiran dan rasa mu.
Jangan kau tumpulkan pikiranmu dengan kewajiban meyakini sesuatu yang kau tidak mengerti atau percaya, hiraukan doktrinasi walaupun hal itu disepakati oleh jutaan orang di seluruh dunia jika rasa mu tak dapat menerimanya.  Jangan pula engkau tumpulkan rasa itu dengan nafsu untuk memberi nama "Kebenaran" pada segala sesuatu yang kau pilih dan inginkan.
Carilah jawab dalam setiap keingintahuanmu tentang hidup.  Hingga pada saatnya nanti kau melepaskan keingintahuanmu bukan karena kau putus asa mencari jawab, atau dipaksa menerima jawaban yg tak dapat kau terima, namun karena kau telah sungguh mengerti bahwa kau dan pengalaman hidupmu sendirilah yang menentukan jawabnya.
Selama aku masih berada di sini untuk mendampingimu menjalani hidup, aku akan selalu berusaha menjawab setiap tanya yang kau ingin ajukan.  Kau bebas mempertanyakan apapun yang kau inginkan, sebebas aku menjawab mu dengan cara-cara ku sendiri.
Suatu saat mungkin kau bertanya, bagaimana rasanya buah anggur yang matang.  Aku akan menjawab dengan mengatakan, "buah anggur itu terasa manis, kenyal dan berair, jika bijinya tergigit kau akan merasa getir di lidah mu."
Pada saat lain, mungkin kau juga akan bertanya, bagaimana rasanya buah apel malang.  Aku hanya akan menjawab mu dengan satu kata, "makanlah!" dan memberikan mu apel itu untuk kau coba, dan membiarkan pengalaman yang menjawab pertanyaan itu, membiarkan mu menggigit getirnya biji apel yang mungkin akan kau rasakan.
Gunakanlah pikiran mu sendiri untuk menyaring segala jawaban yang kau terima dari ku, dari siapa dan dari manapun.  Dengarlah suara hati mu, dan cermati reaksi tubuhmu.  Kau, tubuhmu, rasa dan pikiran mu mengerti mana jawaban yang terbaik untuk mu, kau hanya perlu belajar untuk mendengar apa yang mereka katakan padamu.
Kenali dirimu sendiri, maka kau akan belajar mencintai dirimu.  Hanya dengan mampu mencintai diri sendiri, maka kau akan mampu mencintai orang lain.  Jangan menjadi copy dari orang lain atau bahkan copy orangtuamu, karena kau tak akan pernah bisa menjadi mereka, sebaik mereka yang kau tiru.  Maka jadilah dirimu sendiri, bukan manusia palsu yang tidak mengenal dirinya.

Ibu mencintaimu, Nak.  Aku hanya ingin mendampingimu dalam beberapa saat di kehidupan mu, dan berusaha untuk tidak membentuk mu seperti yang aku inginkan.  Membentukmu sesuai keinginan ku hanyalah wujud dari ketidakmengertian ku akan cinta.

Edit dari blog yang saya sudah lupa paswordnya

https://inheritance4mychildren.wordpress.com/about/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun