Mohon tunggu...
Restiani Alfiyah Azhaar
Restiani Alfiyah Azhaar Mohon Tunggu... Guru - Raaztea

Hobi desain, menulis dan diskusi | Saat ini berstatus sebagai mahasiswi dan sedang mengabdi di salahsatu sekolah dasar | Jejaknya bisa dilacak melalui akun instagram @restialfazhaar_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bapak Punya Cara Tersendiri dalam Mengekspresikan Cintanya

17 April 2020   13:38 Diperbarui: 17 April 2020   13:45 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Terkadang bapak yang melepas kita semata-mata untuk mengajarkan kita menjadi tegak dan kokoh dalam mengarungi kehidupan. Hanya saja ia tak selalu punya ungkapan untuk memperjelas. Sebab bapak pasti akan menua, cepat atau lambat ia tak bisa bersama kita terus menerus.

Di bawah ufuk dan hamparan cakrawala kehidupan, Bapak tetaplah bapak. Tanpa pengecualian, tanpa tapi. Kedudukannya tak bisa diganti oleh siapapun, apapun keadaan dan kondisinya. Bapak tetaplah bapak.

Adalah bahu yang melindungi, adalah mata yang mewanti-wanti, adalah suara yang memperjelas batas-batas, adalah kata yang menasehati, adalah jiwa yang kokoh walau ribuan desing peluru terdengar nyaring menghantam jiwa raga. Bapak tetaplah bapak. Bagaimanapun keadaannya.

Tak letih kah engkau di masa-masa sulit membesarkan aku dan adik-adik? Tak jenuh kah engkau berjuang di siang yang terang lalu malam yang pekat bahkan hingga subuh menjelang kau tetap menunaikan yang harus ditunaikan? Tak lelah kah engkau berjalan dengan kaki yang penuh darah dan nanah, hanya untuk anak-anak mu tetap tumbuh gemuk-gemuk seperti saat ini, walau tubuh mu kini terlampau kurus yang amat sangat?

Bapak. Cobalah menatap cermin untuk sejenak. Tidakkah kau lihat, rambut itu mulai memutih, kerutan-kerutan di wajah mu nampak jelas, gigimu sudah tak selengkap dulu, kaki yang hampir tak kuasa menahan bungkuknya badan, tulang-tulang itu sangat terlihat keberadaannya.

Bapak. Haruskah kau menua secepat ini? Aku belum menjadi apa-apa, belum ada yang bisa kau banggakan, belum sempat ku buat kau bahagia seperti kau mencoba membuat aku dan adik-adik tersenyum yang mengembang, bagaimana pun caranya.

Aku yang begitu lamban untuk memahami, bahwa 'Bapak punya cara tersendiri dalam mengekspresikan cintanya'. Aku yang baru mengerti. Maaf. Untuk hati yang selalu ku buat remuk redam untuk yang kesekian kalinya. Kini aku paham, aku mengerti. Bapak adalah bahasa cinta dengan kosa kata yang berbeda. Bapak adalah benteng perlindungan di siang dan malam. Bapak adalah mata air kehidupan dengan kesejukan yang berbeda.

Semoga belum terlambat bagi ku untuk lebih mengerti dan memahami, betapa sesungguhnya bapak punya cara tersendiri dalam mengekspresikan cintanya.

Aku mencintaimu, pak. Bagaimana pun keadaan dan kondisimu. Kau tetap menjadi sosok panutan dan inspirasi di setiap hela napasku. Menjadi kebanggaan anak-anakmu.

Akan ku ingat selalu.

Ketika gadis kecilmu mulai mengenal cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun