Mohon tunggu...
Ressa Bariq Ramadhan
Ressa Bariq Ramadhan Mohon Tunggu... Atlet - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Jember-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Keterkaitan Teori Lokasi dengan Agroindustri Buah Naga Kabupaten Jember

22 Maret 2021   19:47 Diperbarui: 22 Maret 2021   20:25 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki banyak kekayaan alam. Adanya kekayaan alam tersebut membuat kabupaten ini memiliki potensi yang besar untuk menjadi kota industri. Kabupaten Jember merupakan salah satu penghasil tembakau terbaik di dunia, bahkan hasil produksi tembakau tersebut telah di ekspor ke luar negeri. Oleh sebab itu, Kabupaten Jember memiliki julukan sebagai "Kota Tembakau". Selain tembakau, Kabupaten Jember juga memiliki komoditas yang beragam contohnya seperti karet, kakao, kopi, dan masih banyak lagi. Adanya komoditas yang beragam tersebut berpeluang untuk diolah menjadi sebuah produk yang dapat meningkatkan kualitas hasil produksinya.

Salah satu komoditas yang dikembangkan di Kabupaten Jember adalah buah naga. Beberapa kecamatan yang mulai mengembangkan buah naga adalah Kecamatan Arjasa, Kecamatan Kencong, Kecamatan Sumberbaru, dan Kecamatan Gumuk Mas. Desa Kemuning Lor yang terletak di Kecamatan Arjasa merupakan salah satu sentra pengembangan buah naga yang ada di Kabupaten Jember. Kondisi geografis Desa Kemuning Lor menjadi salah satu pendukung untuk mengembangkan komoditas buah naga. Buah naga yang berasal dari desa ini terkenal lebih manis dari pada buah naga dari desa lainnya. Hal tersebut didukung oleh ketinggian Desa Kemuning Lor itu sendiri.  

Buah naga sendiri memiliki empat varietas, antara lain buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga buah sangat merah (Hylocereus costaricensis), buah naga buah putih (Hylocereus undatus), buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus). Masing-masing varietas buah naga tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Namun, buah naga yang sering dibudidayakan adalah buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus) karena warna buahnya yang menarik dan ukuran buahnya lebih besar. Sedangkan buah naga yang jarang dibudidayakan adalah buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus) karena ukuran buahnya relatif kecil, meskipun rasanya paling manis diantara buah naga yang lain (Novita, 2010). 

Di Kabupaten Jember sendiri buah naga yang dibudidayakan dan dikembangkan adalah buah naga daging merah. Pada umumnya, buah naga di Kabupaten Jember diolah menjadi selai, keripik buah naga, dan lain sebagainya. Produk olahan tersebut merupakan salah satu produk yang terkenal di Kabupaten Jember, bahkan juga terkenal di beberapa darah lainnya. Banyaknya potensi buah naga yang dilihat oleh masyarakat Kabupaten Jember, membuat masyarakat tertarik dan mendorong masyarakat untuk menjadikan buah naga sebagai bahan baku sebuah produk atau biasanya disebut dengan agroindustri.

Menurut Austin (1981), pengertian agroindustri adalah perusahaan yang memproses bahan nabati yang berasal dari tanaman dan hewani yang berasal dari hewan. Proses yang dimaksud ini merupakan kegiatan pengubahan dan pegawetan bahan baku baik secara fisik maupun kimiawi, pengemasan, sampai distribusi sehingga menjadikan produk yang telah diproses memiliki nilai atau harga yang lebih tinggi. Dengan demikian, agroindustri dapat didefinisikan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku dan mengolahnya sehingga memiliki nilai atau harga yang lebih tinggi.

Dari gambaran umum studi kasus di atas timbul pertanyaan apakah selai dan keripik buah naga yang di produksi di Jember dan dijual di Jember harga jualnya sama dengan yang dijual di luar daerah Jember? Jawabannya tidak sama karena berdasarkan teori lokasi yang dikemukakan oleh Von Thunen teori lokasi pertanian menitikberatkan pada dua hal utama tentang pola keruangan, yang pertama adalah jarak lokasi pertanian, dan yang kedua adalah sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angut).

Berdasarkan teori tersebut lahan pertanian yang letaknya berada di dekat pasar akan lebih mahal dibandingkan dengan lahan pertanian yang letaknya jauh dari pasar. Jadi jika harga selai dan keripik buah naga dikaitkan dengan teori Von Thunen, harga selai dan keripik buah naga tersebut akan lebih mahal jika tempat produksinya jauh dari dari tempat produksi. Dapat disimpulkan bahwa keterkaitan teori lokasi dengan agroindustri buah naga Kabupaten Jember dapat mepengaruhi harga jual suatu barang dari tempat terdekat produksi sampai daerah yang jauh dari produksi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun