Mohon tunggu...
Octorina Respatiningdyah
Octorina Respatiningdyah Mohon Tunggu... Swasta -

Pelancong jalanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Bangkalan, Gadis Lusuh yang Malas Berdandan

21 Februari 2016   22:52 Diperbarui: 21 Februari 2016   23:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali saya ditanya teman yang ingin berwisata ke Madura "ada apa di Madura?", saya selalu menjawab " tidak ada apa apa". kenyataannya banyak wisatawan ke Madura hanya wisata kuliner ke tempat yang sudah terkenal yaitu bebek Sinjay. Pembangunan jembatan Suramadu diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian Madura tapi faktanya tidak seperti yang diharapkan, bahkan beberapa yang sinis mengatakan bahwa jembatan justru mempermudah para penjahat komuter (stigma buruk yang sudah melekat).

Pantai Siring Kemuning

Brsama beberapa kawan, saya mengunjungi beberapa tempat wisata di Bangkalan. Bangkalan adalah kota wilayah pertama di Madura setelah melewati jembatan Suramadu. Destinasi pertama adalah pantai Siring Kemuning yang terletak di kec. Sepulu Arosbaya. Pujian para blogger terhadap pantai ini mengundang rasa ingin tahu untuk membuktikan keindahannya. Pantai ini  (foto kiri bawah) terletak 40 km dari Bangkalan. Sayangnya petunjuk ke pantai ini sangat minim. Beberapa kali kami harus bertanya dan tersesat terlalu jauh.

Seorang gadis petugas pom bensin mengatakan ada gapura penunjuk jalan kepantai dan jaraknya masih 5 km lagi. Dalam pengertian kami yang dimaksud gapura itu adalah gapura besar disertai plang penunjuk arah. Karena tidak menjumpai penunjuk arah itu maka tersesatlah kami hingga memasuki kabupaten Sampang. Ternyata gapura yang dimaksud adalah gapura jalan desa yang terletak disebelah kiri sebelum jembatan yang menuju pasar Tanjung Bumi. Benar benar miskomunikasi.

Sejak awal saya tidak berharap terlalu banyak mengingat ini wilayah pantai utara yang dangkal. Terlalu muluk membandingkan dengan pantai pantai di Lombok misalnya. Sampai di pantai saya mencari, apa yang ditulis para blogger, pantai yang indah dengan pasir yang putih bersih. Yang saya jumpai adalah pantai yang kotor dengan sampah yang berserakan.

Tidak ada yang istimewa. Keadaannya mirip pantai di Lombok tahun 80 an yang mana banyak anjing liar berkeliaran, kotoran anjing bertebaran dan sampah berserakan. Tidak ada tempat duduk duduk untuk menikmati pantai. Ada lapak kosong yang sudah reyot yang bisa digunakan. Hanya ada satu penjual minuman dan makanan kecil. Hanya sebentar kami disitu, tidak ada yang membuat kami betah untuk berlama lama menikmati pemandangan pantai.

'Dirampok' di Pesarean Aermata

Kunjungan kedua adalah ke Bukit Kapur yang terletak bersebelahan dengan pesarean Aermata Ebuh. Sepanjang perjalanan menuju pesarean ini tidak kami jumpai penjual makanan yang layak. Kebanyakan adalah bakso dan mie ayam, itu pun tempatnya seadanya malah banyak yang tutup. Akhirnya kami mengganjal perut dengan rujak seharga Rp.5,000.- di pelataran parkir pesarean. Hanya saya yang tertarik untuk masuk ke areal pesarean. Ini adalah pesarean Cakraningrat dan keturunannya. Cakraningrat masih keturunan Prabu Brawijaya V dari Majapahit. Seperti biasa kita harus mengisi buku tamu dan sumbangan ala kadarnya di pintu masuk pesarean. yang terkenal di pesarean ini adalah makam istri Cakraningrat yang terletak dibelakang.

Memasuki areal makam ada seorang penjual makanan dan minuman botol. Hanya satu lapak. Baru kali ini saya jumpai ada warung didalam kompleks makam. Bersebelahan persis dengan makam makam keturunan Cakraningrat. Luar Biasa. Ibu ibu penjual air,yang katanya berasal dari kolam akibat air mata tangisan istri Cakraningrat, bergerombol diujung makam. Saya tidak tertarik untuk membelinya. Keluar dari kompleks makam ada seorang nenek meminta uang. Inilah kesalahan saya.

Setelah memberi uang kepada nenek itu segerombolan ibu menyerbu. Bahkan ketika saya masih menghitung uang yang akan saya berikan seorang ibu langsung merebut dari tangan saya. Terkejut dengan sikap ibu ini dan perilaku mereka yang menjadi 'buas' langsung saya tutup tas dan menolak memberi lagi. Mereka tetap merangsek tapi saya tinggalkan dengan sedikit jengkel atas perilaku yang tidak seharusnya. Bisa bisa saya dirampok beneran. Tdak menyerah mereka mengetuk ngetuk jendela mobil. Mereka, penghuni sekitar makam, bukan pengemis tapi mendadak berubah menjadi pengemis brutal yang menakutkan. Betul betul pengalaman buruk.

Bukit Kapur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun