Mohon tunggu...
WAHYUNI SU
WAHYUNI SU Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku, jurnalis web, penerjemah ('translator'), editor ... masih terus belajar tentang segala sesuatu

'... memegang teguh disiplin lahir dan batin,percaya pada diri sendiri, dan mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi maupun golongan'

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menempa Jiwa Kepeloporan via Diklatsarmil Menwa

25 Januari 2016   07:05 Diperbarui: 25 Januari 2016   07:31 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kepeloporan harus menakar kemampuan diri dulu (dok WCD)"][/caption]

“Saya seorang sipil namun bagaimana caranya bisa mendapat brevet Parakomando ?” Tanya Syarif Barmawi, anggota senior dari Kompi A Yon II Unpad/Diklatsarmil 1964 yang memiliki banyak brevet untuk terjun payung dan menembak juga eks Pembantu Rektor III Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, pada para siswa Pendidikan dan Latihan Dasar Kemiliteran (Diklatsarmil) Menwa Mahawarman Batalyon II Unpad saat memberikan materi kelas Minggu (24/1) lalu di Kampus Unpad, Jatinangor.

Lalu mengalirlah kisah tentang impiannya paska Diklatsarmil untuk menjadikan terjun payung sebagai olahraga yang diperlombakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) dan kesungguhannya merealisasikan hal itu. Brevet Parakomando-nya adalah bukti ‘kecerdikannya’,”Parakomando itu latihan eksklusif yang hanya bisa diikuti oleh anggota pasukan elit yang tugasnya melakukan penerjunan malam atau ke zona-zona ekstrim untuk melakukan infiltrasi ke pangkalan musuh.”

Alkisah, Tentara Nasional Indonesia (TNI) di era 70-an membuka peluang bagi warga negara Indonesia yang memenuhi kualifikasi tertentu untuk mengikuti pendidikan parakomando dalam kapasitas sebagai perwira cadangan. Syarif pun mendaftar dengan menyatakan sudah mengikuti pendidikan terjun payung kategori free fall (Terjun Bebas dimana para peterjun harus mampu menarik pembuka payung pada ketinggian yang tepat, -pen. ) padahal kategori yang dimilikinya baru kategori terjun static (terjun dengan payung otomatis membuka pada ketinggian tertentu, kualifikasi pemula, -pen.).

“Bahkan cara membuka payung free fall pun saya pelajari mendadak saat pendidikan berlangsung.” Kemampuan membaca karakter plus diplomasi ‘minta ditunjukkan padahal nyuruh’ pada instrukturnya dijadikan Syarif untuk memecahkan ketidaktahuannya.

Namun kebohongannya terungkap di ketinggian langit dalam pesawat Hercules dimana para peterjun akan melakukan jelajah langit mereka. Pertanyaan tentang posisi tubuh saat terjun dijawab dengan pertanyaan tajam sang instruktur,”Kamu belum pernah free fall, ya?”

“Siap, belum!” Jawab Syarif jujur.

Selanjutnya dia ditanya sanggup-tidaknya terjun saat itu,”Kan, cuma melangkah ke luar pintu pesawat, bereslah.” Sambut Syarif dengan nada enteng. Maka begitulah debut free fall-nya pun berlangsung dengan modal ‘tipu-tipu’ dan, alhamdulillah, sukses.

[caption caption="Kepala tujuh namun tetap berkiprah membina generasi muda (dok WCD)"]

[/caption]

Kisah berikut adalah kiprahnya membentuk Aves yang merupakan klub terjun payung tertua di Indonesia saat ini bersama rekan-rekannya dan dengan kerjasama berbagai pihak akhirnya terjun payung menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam PON hingga saat ini. Bahkan para peterjun Indonesia telah mengharumkan nama bangsa lewat berbagai kemenangan mereka di berbagai ajang kompetisi terjun payung internasional.

“Boleh punya mimpi yang tinggi tapi jangan lupa mengukur diri.” Tutup Syarif yang kini telah berusia 72 tahun namun masih aktif bersepeda dan mengendarai motor gede ini,”Pastikan kamu tahu betul kadar kemampuan asli dirimu.” Seraya menekankan bahwa ‘petualangan’nya menjajal pendidikan parakomando didasari fakta bahwa kondisi stamina fisik maupun psikologisnya sebagai atlit saat itu memang tergolong mumpuni,”Tanpa itu mana berani saya coba-coba, bisa mati konyol !”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun