Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Menertawakan Keadilan Ala Mahfud MD

18 Desember 2020   18:30 Diperbarui: 18 Desember 2020   18:31 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Sora Shimazaki dari Pexels

Menko polhukam Mahfud MD akhir-akhir ini mendapat tekanan dari berbagai pihak mengenai sikap aparat dalam penegakan hukum di Indonesia, salah satunya mengenai penetapan tersangka dan penahanan oleh kepolisian terhadap HRS sebagai akibat dari beberapa kerumunan yang terjadi sebelumnya.

Bahkan tekanan itu juga muncul dari kalangan pejabat, salah satunya kritikan dari gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menyebut sang menko juga harus bertanggung jawab karena sempat mengeluarkan ucapan mengijinkan penjemput HRS, ini dikatakan sang gubernur demi keadilan hukum.

Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 16 Desember, Prof. Mahfud MD menggunggah sebuah tulisan di twitter mengenai keadilan. Dalam tulisannya, beliau mengatakan bahwa keadilan sulit dipahami.

Beliau mengambil contoh kasus sengketa pemecatan Fahri Hamzah dari PKS. Saat pengadilan setingkat MA menjatuhkan ganti rugi 30 Milyar kepada PKS, Fahri Hamzah melihat sebagai bentuk keadilan. Sedangkan ketika PKS mengajukan PK (peninjauan kembali) dan hakim memutuskan menghilangkan ganti rugi 30 M, pihak PKS menyatakan mendapat keadilan.

Cuitan dari Mahfud MD itu beliau akhiri dengan menyebut jika MA ternyata selalu adil  dengan emoticon tertawa. Apa yang lucu ketika melihat keadilan di Negara ini? Atau memang begitu sulitkah keadilan dipahami hingga tak perlu diambil pusing dan disikapi seolah sebuah candaan saja?

Apa yang membuat Mahfud MD memilih emot tertawa atas kasus Fahri Hamzah adalah karena putusan hakim MA dianggap adil oleh masing-masing pihak ketika mereka merasa diuntungkan atau dimenangkan atas kasus yang ada. Dengan fakta ini apakah berarti keadilan itu bersifat subyektif?

Penulis melihat berbagai dinamika di masyarakat maupun di dunia politik selama ini, memang sering kali keadilan dilihat secara subyektif. Setiap orang atau pihak seolah memiliki keyakinan akan keadilan sesuai versinya masing masing.

Sebagai contoh apabila terjadi aksi kriminal pembunuhan terhadap seseorang, seringkali keluarga korban menuntut dan merasa putusan akan adil apabila pelaku dihukum mati. Dalam kondisi ini konsep adil adalah sama. Maksudnya mati ya mati, mata ganti mata.

Konsep keadilan akan selalu jadi perdebatan di negara ini, mungkin juga di seluruh dunia. Pertanyaannya kemudian keadilan itu seperti apa sih seharusnya? Apakah yang sama itu, mata ganti mata? Ataukah yang sesuai versi masing-masing itu? Atau bagaimana?

Mungkin tak ada konsep keadilan yang benar-benar adil selain keadilan dari Tuhan. Nyatanya manusia memang diciptakan memiliki ego, sehingga setiap keputusan akan terpengaruh sikap pribadi yang menurutnya paling benar, bahkan jika orang lain menganggap itu tidak benar.

Mungkin pula banyak yang meyakini adil adalah sama. Tetapi yakinkah ketika sama akan berarti adil? Jika saya atau anda memiliki pizza 8 potong, kemudian akan dibagi kepada dua orang ibu. Pastilah kita melihat masing-masing mendapat 4 potong adalah adil. Karena dapat jumlah yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun