Dengan sejarah itu pula, wajar jika Amien sangat tidak suka dengan sikap "lembek" Petinggi PAN yang dianggap cari muka ke pemerintah sekarang sehingga berakhir beliau keluar dan membentuk partai baru yang tetap berbasis keagamaan. Tentu untuk mengakomodasi keinginan Amien Rais.
Beberapa waktu setelah partai ummat lahir, muncul pula partai yang digadang-gadang kelahiran kembali partai lama yakni masyumi. Partai yang lagi-lagi berbasis keagamaan.
Semakin banyaknya muncul partai berbasis keagamaan penulis yakin semakin memberatkan usaha mereka untuk meraih suara cukup untuk duduk di dewan perwakilan rakyat, apalagi untuk bisa mencalonkan kadernya sendiri sebagai pemimpin negara.
Padahal kenyataannya partai berbasis keagamaan yang sudah lama saja cukup sulit berkembang pesat di Indonesia ini. Partai-partai berbasis keagamaan selalu kalah dalam perebutan suara dibanding partai berbasis nasionalis, bahkan dengan partai baru seperti Nasdem.
Lalu kemana partai ummat akan mencari suara jika kondisinya begini? Merebut suara partai keagamaan lain tentu akan berhadapan dengan loyalis partai bersangkutan. Menggunakan isu-isu rasial agama di masyarakat pun akhir-akhir ini malah semakin sulit diterima masyarakat yang sudah semakin terbuka ini.
Penulis tak yakin ketokohan Amien Rais cukup untuk membesarkan partai ummat. Apalagi melihat berbagai kontroversi dan sikapnya sendiri yang cenderung selalu sulit bekerjasama dengan pemerintah manapun.
Amien Rais sekarang bukan lagi Amien Rais yang dulu yang katanya lantang dengan reformasi, walau ada yang bilang dulu hanya mendompleng nama saja disaat-saat terakhir. Namanya tak bersinar terang seperti dulu, bahkan semakin redup dengan sikapnya sendiri.
Jikalau Amien Rais tak cukup kuat untuk mengangkat partai Ummat sendiri dan tak menemukan alternatif tokoh yang bisa menjadi "flagship" partai Ummat, bisa jadi partai ini berakhir sama seperti partai islam baru lainnya. Bersinar kecil sebentar kemudian redup dan hilang.
Kalau partai Ummat sendiri tak bisa dipastikan ketahanannya melawan partai lama dan besar, siapa tokoh yang mau bergabung? Pastilah mereka berpikir masa depan mereka jika ingin bergabung, apabila tak ada harapan ya mending tidak.
Jangan lupa politik adalah tentang kepentingan. Jika kepentingan tak bisa diakomodasi, maka tak akan seorang politisi mau bergabung. Paling hanya loyalis-loyalis harga mati yang punya hutang budi besar pada Amien Rais saja yang mau bergabung, itu saja mungkin dengan sedikit terpaksa karena tak enak hati dengan Amien Rais.
Kalau sudah begini pak Amien, masih yakin akan banyak tokoh PAN yang akan bergabung? Masih pede banyak tokoh PAN ngebet masuk Ummat sampai harus menahan dulu? Jangan-jangan hanya klaim supaya dilihat masyarakat bahwa Ummat punya masa depan cerah, sehingga banyak masyarakat yang mau gabung ke partai baru ini.