Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar dari Sigi: Tragedi Kemanusiaan Bernafas Agama?

3 Desember 2020   16:00 Diperbarui: 3 Desember 2020   16:06 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 27 Oktober 2020 pagi hari di desa Lembatonga, kecamatan Palolo, kabupaten Sigi terjadi kejadian yang menghebohkan. Empat orang warga desa terbunuh dengan sadis oleh sekelompok orang yang dilanjutkan oleh pembakaran enam rumah. 

Pembunuhan diduga kuat dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora. Dugaan itu dikuatkan lagi oleh kepolisian yang melakukan investigasi yang dilakukan di tkp kejadian. 

Kepolisian juga menyatakan motif dari pembunuhan dan pembakaran adalah perampasan berbagai barang dan sumber makanan untuk kebutuhan kelompok teror ini. 

Saat ini kepolisian dibantu TNI semakin gencar memburu kelompok ini, meski memang selama ini ada operasi tinombala yang memang bertujuan memburu kelompok MIT. Yang jadi pertanyaan penulis apakah motif kelompok itu murni perampasan jika sampai harus membunuh 4 orang? 

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam sebuah berita menyatakan bahwa pembunuhan dilakukan dalam upaya penghilangan jejak. Tetapi yang bikin penulis merasa aneh adalah kenapa masih ada yang selamat? 

Setidaknya ada saksi mata yang kemudian bercerita tentang kronologi, dia merupakan istri dari salah satu korban yang juga merupakan anak dari korban lainnya. Termasuk anak-anak yang bersamanya juga lolos. 

Bahkan perempuan ini bercerita jika dia sempat berteriak histeris ketika melihat ayah dan suaminya dieksekusi secara keji. Waktu didalam rumah pun dia sempat ditanya gerombolan tentang dimana ayahnya. Kenapa dia bisa selamat? 

Jika kita pernah membaca atau mengamati tentang ISIS dan beserta kelompok separatis lainnya kita bisa menemukan suatu fakta bahwa perempuan dan anak memang bukan target utama pembunuhan. 

Perempuan biasanya menjadi budak termasuk budak seks bagi kelompok semacam ini dan anak-anak terutama anak laki-laki akan direkrut menjadi pasukan. 

Mungkin konsep ini pula yang dipakai MIT yang banyak orang sudah tau bahwa mereka berbaiat pada kelompok ISIS. Itu kenapa hanya laki-laki yang dibunuh meski ada saksi mata yang lain. 

Tetapi karena mereka tidak memiliki organisasi yang kuat, perempuan dan anak tidak mungkin dibawa untuk dijadikan budak dan pasukan. Itu kenapa akhirnya mereka bisa lolos. Atau mungkin pula diloloskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun