Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Perlu Tunggu Mampu, Asalkan Mau

1 Desember 2020   12:00 Diperbarui: 1 Desember 2020   12:15 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Matheus Viana dari Pexels

Saya yakin ketika kita bisa memberi sesuatu dari kecukupan yang sudah kita nikmati, akan ada ketenangan  dan kepuasan melihat orang lain yang tak seberuntung kita dapat ikut menikmatinya. Menjadi berkat (istilah yg sering dipakai umat kristiani) bagi orang lain adalah sebuah kelegaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Tetapi bagaimana jika kita tidak dalam posisi berkecukupan? Ketika mungkin anda dan saya sendiri masih memerlukan sesuatu. Bisakah kita tetap membantu orang lain? Bisakah kita tetap berbagi kebahagiaan dengan orang lain?

Saya percaya bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk berbagi, memberi kepada orang lain. Iya kesempatan, kesempatan tidak hanya berkaitan dengan ketika kita berpotensi mendapat sesuatu. Tetapi juga ketika kita berpotensi bisa membagi sesuatu.

Momentum itu biasanya muncul dalam keseharian kita, hanya saja apakah kita bisa peka terhadap momentum yang datang? Ketika kita peka dan tahu ada momentum, apakah kita dengan mudah melakukan ataukah muncul pertimbangan dan keraguan yang akhirnya membuat kesempatan itu berlalu begitu saja.

Suatu ketika sebuah kesempatan muncul ketika saya ikut kepanitiaan dalam sebuah kegiatan sosial. Kenapa saya bilang kesempatan? Karena beberapa waktu sebelum itu saya kembali kontak dengan sebuah komunitas lama saya di wilayah bernama Semanggi, dimana warga disekitarnya merupakan warga pemukiman padat kalangan bawah.

Singkat cerita saya merekomendasikan komunitas di Semanggi ini untuk menjadi target acara sosial yang sedang berlangsung sekaligus menyantuni warga sekitar dengan menggelar pasar murah yang benar-benar murah. Bayangkan pakaian seharga seribu dua ribu rupiah, paket sembako komplit tidak lebih dari 20rb rupiah.

Kenapa kok dijual murah, tidak diberikan saja? Hasil penjualan ini diberikan sepenuhnya untuk komunitas tadi, jadi kami sebagai penyelenggara acara tidak menerima ganti balik apapun.

Setidaknya bagi kami, para warga bisa ikut membantu komunitas disekitar mereka dengan berbelanja di pasar murah dimana mereka sendiri jelas untung ketika berbelanja. Enak sama enak kan. Kesempatan mereka berbagi ditengah kekurangan mereka sendiri.

Hampir setahun berlalu, pandemi korona muncul di Indonesia. Semua orang terdampak termasuk kalangan bawah yang tempat kerja mereka harus ditutup. Tak ketinggalan warga Semanggi juga terkena dampak. Sudah susah tambah susah.

Rupa-rupanya ada program bantuan sosial yang dikelola pihak yang sebelumnya menggelar kegiatan sosial dimana saya terlibat kepanitiaan. Bantuan ini berupa paket sembako dan uang tunai secara rutin setiap minggu diberikan, kebetulan kali ini saya tidak ikut mengurus.

Oh ya sumber dana ini dari donatur, bukan program pemerintah. Termasuk ketika saya ikut di kepanitiaannya. Ini jadi tanda juga ternyata banyak yang tetap peduli pada orang lain ditengah kesulitan, karena saya yakin usaha para donatur ini jugs terdampak pandemi. Nyatanya mereka masih bisa memberi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun