Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

HRS Sang Promotor Revolusi Akhlak

30 November 2020   16:00 Diperbarui: 30 November 2020   16:04 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukankah ketika beliau mau membuka, baik positif atau negatif akan membawa dampak baik bagi masyarakat pada umumnya dan umat pengikut pada khususnya. Beliau yang menyebut diri "tokoh besar" pasti akan berdampak bagi orang banyak.

Kalau Habib Rizieq positif covid-19 akan menjadi rambu bagi para pengikutnya yang dulu turut serta di acara, sehingga mereka bisa check juga. kalau negatif ya tentu akan membawa ketenangan bagi masyarakat. Sebegitu sederhana tetapi begitu susahkah untuk membukanya ke publik?

Penyemprotan disinfektan yang dilakukan aparat di lokasi yang sebelumnya dipakai untuk acara juga sempat dihalang-halangi, aparat bersenjata dilarang masuk. Bahkan gang yang menuju rumah Habib Rizieq diblokade oleh LPI dengan alasan protokol jaga jarak, padahal mereka yang memblokade saja lebih rapat daripada pagar betis waktu tendangan bebas di sepak bola. Tidakkah menjadi lelucon alasan yang dibuat.

Tetapi penulis melihat mungkin ada alasan lain. Kan disinfektan ini alkohol ya, mungkin mereka menjaga tempat "suci" mereka, pusat revolusi akhlak itu terbebas dari kontaminasi alkohol. Mungkin saja lho ya hehehe.

Semakin lama Habib Rizieq ada di Indonesia, penulis belum bisa melihat yang disebut sebagai revolusi akhlak itu di kelompok mereka sendiri sebagai promotor revolusi akhlak. Yang muncul adalah pelanggaran protokol kesehatan, diikuti ketidakpatuhan pada aparat yang bertindak. Semua itu membawa potensi buruk bagi masyarakat yang berarti tidak sesuai dengan semangat revolusi akhlak.

Bahkan ketika dipermasalahkan, mereka selalu menunjuk pelanggaran ditempat lain yang mereka rasa tidak ditindak. Mereka melihat ketidakadilan. Penulis memang setuju ada pelanggaran tempat lain yang belum atau lolos dari penindakan.

Tetapi iya masakah para pejuang revolusi akhlak menggunakan konsep keadilan terhadap pelanggaran. Karena orang lain melanggar jadi mereka juga berhak melanggar supaya adil? Karena orang lain salah dan tidak ditindak, seharusnya kesalahan mereka juga tidak ditindak supaya adil? Begitukah akhlak?  

Kalau orang lain melakukan pelanggaran, dibiarkan oleh aparat. Seharusnya para promotor revolusi akhlak itu menunjukkan sebaliknya, apa yang benar, bagaimana kepatuhan pada hukum dan protokol kesehatan. Sehingga masyarakat bisa menilai dan yakin jika inilah tokoh-tokoh yang bisa dicontoh, menjadi teladan akan akhlak yang baik.

Dengan kondisi yang terjadi sampai hari ini, ditambah respon HRS dan pengikutnya dalam setiap proses dan penindakan aparat serta respon terhadap kritikan yang terkesan selalu membela diri dan membandingkan dengan pelanggaran lain, maka revolusi akhlak hanyalah mimpi.

Penulis tidak tahu apakah sebegitu bebalnya para pengikut HRS sehingga mereka tidak bisa menangkap dengan baik apa yang sedang diperjuangkan oleh pemimpinnya Habib Rizieq tentang revolusi akhlak yang sedang diperjuangkan oleh beliau.

Atau jangan-jangan seperti teori yang penulis pernah dapatkan: bahwa tingkah laku, pola pikir, serta akhlak dari pengikut adalah cerminan dari pemimpinnya. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun