Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

HRS Sang Promotor Revolusi Akhlak

30 November 2020   16:00 Diperbarui: 30 November 2020   16:04 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat Habib Rizieq membawa revolusi akhlak disambut dengan cara yang berlawanan oleh pengikutnya. Padahal "katanya" HRS tim penjemput sudah menganjurkan untuk tidak ada penjemputan secara masif. Tetapi kenyataanya ucapan pemimpin mereka, junjungan mereka sendiri tidak mereka hiraukan. Lalu kepada siapa mereka patuh?

Kejadian selanjutnya berkaitan agenda maulid, dalam hal ini yah penulis tak bisa menyalahkan. Mana bisa sih agenda kegiatan keagamaan disalahkan meski lagi-lagi protokol kesehatan tak berjalan? Apalagi yang mengadakan para pembela agama, wes fix lah tak bisa salah.

Yang disesalkan kenapa agenda maulid harus disisipi oleh agenda pernikahan. Kalau kegiatan keagamaan yang melanggar protokol kesehatan jika dipaksakan untuk dimaklumi ya oke lah, tapi nikahan? Dengan kelompok massa yang sama dengan acara maulid, ini yang penulis tak bisa benarkan dan maklumi.

Seharusnya kalau memang mau menikahkan ya di lain waktu dengan acara yang lebih privat, sama seperti nikahan-nikahan yang lain. Lha ini malah memanfaatkan massa besar yang datang maulid,  biar apa? Biar terlihat megah? Atau biar amplopnya banyak  mungkin?

Memang ada pelanggaran protokol terkait pernikahan di lain tempat, tapi sebagai promotor revolusi akhlak seharusnya tidak ikut-ikut pihak yang salah ini. Kan mereka kurang akhlak, ya jangan ditiru lah oleh pejuang akhlak.

Akhirnya kegiatan penjemputan, maulid, dan nikahan jadi sorotan masyarakat. Pun penegak hukum dan protokol kesehatan memproses potensi pelanggaran yang terjadi. Apalagi pada akhirnya ada masyarakat yang sempat ikut acara terkonfirmasi positif covid-19.

Saat ini proses hukum masih berjalan, jadi ya masih perlu dilihat kedepan kepatuhan dari pemimpin revolusi akhlak dan pengikutnya ini. Kalau ingin membawa kebaikan bagi masyarakat ya seharusnya patuh lah pada proses hukum, jadi contoh dan teladan.

Disamping proses hukum yang masih berjalan, semua pihak yang terlibat kegiatan kerumunan massa kemarin juga diminta untuk test kesehatan di tempat-tempat yang disediakan oleh pemerintah, secara gratis pula. Tetapi nyatanya, tidak banyak yang datang.

Lebih parahnya lagi, sang pemimpin, sang junjungan, sang inspirator, apalah lagi sebutannya itu malah jadi contoh yang tidak baik. Meski sempat menyatakan tidak enak badan bahkan sampai check up ke rumah sakit, nyatanya beliau menutup diri.

Menyatakan telah test mandiri, tetapi tidak mau membuka hasil. Lha gimana masyarakat bisa tahu beneran test atau tidak? Aparat dan pihak-pihak yang berusaha mencari data pun dihalang-halangi, dipersulit dengan alasan hak privasi tentang catatan kesehatan.

Ditengah pandemi seperti ini kok pakai hak privasi, undang-undang yang melindungi saja ada pengecualiannya. Pejabat bahkan setingkat kepala negara, menteri, kepala daerah saja membuka hasil test baik yang positif ataupun negatif. Lah siapa HRS yang berani menentang dan menutup diri? Mana akhlak kepatuhannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun