Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dear Presiden Macron, Salah Siapa?

30 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 30 Oktober 2020   16:03 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini, situasi bernafaskan SARA kembali menjadi perhatian banyak orang. Dimulai dari ulah seorang guru di Prancis (yang penulis tidak tahu apakah dipikirkan sebab akibatnya ataukah tidak) dengan kecerobohannya melecehkan agama Islam dengan memperlihatkan karikatur nabi Muhammad di dalam kelasnya. 

Oh iya, sebelumnya sebagai disclaimer, penulis adalah seorang non muslim jadi mohon maaf jikalau ada yang kurang berkenan dengan sudut pandang ataupun cara berpikir yang diambil dalam tulisan ini, lagipula tulisan ini hanya berupa opini. Mohon kebijakannya untuk mencerna setiap bahasa atau kalimat yang tersampaikan.

Balik lagi kepada pembahasan. Malang tak bisa ditolak, akibat kelakuan si guru itu sendiri dirinya terbunuh. Sudah selesaikah ketika si pembuat masalah menerima akibatnya? Ternyata belum selesai, akibat pembunuhan ini presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan kontroversial. Tak perlulah menuliskan pernyataanya disini, lagipula saya yakin pasti pembaca sudah mengetahuinya dari tempat lain. 

Penulis lebih tertarik mengandai-andai kenapa perkataan itu bisa keluar dari mulut seorang pemimpin negara yang sudah seharusnya setiap perkataan yang disampaikan memiliki pertimbangan yang sangat cermat. Apakah Macron melakukan blunder dengan ucapannya ataukah memang itu keluar dengan kesadaran penuh termasuk atas sebab akibat yang bisa terjadi? Penulis pikir kemungkinan kedua lebih tepat. Andaikata memang benar tebakan penulis, kenapa kok berani-beraninya menyampaikan ucapan itu?

Mungkin saja itu bentuk simpati dan empati seorang presiden terhadap rakyatnya, tapi ada yang kurang, karena bukankah yang membunuh juga rakyatnya? Ataukah ada hal lain? Ada juga yang mengatakan ucapan itu terjadi karena adanya Islamophobia (ketakutan berlebih kepada Islam) , karena ucapan Macron memang menyinggung agama Islam seolah ada ketakutan tersendiri terhadap agama ini. 

Bicara soal phobia terhadap Islam, sebenarnya semua agama juga mengalaminya kok. Bahkan bukan hanya agama, tapi soal perbedaan-perbedaan yang lain.

Menurut pengamatan penulis, psikologi dalam masyarakat seringkali menganggap adanya kelompok lain diluar kelompok mayoritas sebagai sebuah ancaman terhadap eksistensi mayoritas, saya tidak hanya sedang bicara soal agama, tetapi agama tidak bisa dikecualikan juga.

Penulis sebagai bagian dari kelompok minoritas sendiri terkadang juga menemukan fakta-fakta yang juga membuat geleng-geleng kepala. Entah ada ketakutan apa (atau darimana awal mulanya) sehingga sebagian pihak (saya ulangi hanya sebagian pihak) seolah berusaha membatasi bahkan sampai menekan gerak dan kebebasan dari kelompok minoritas, padahal penulis sendiri yang ada didalam kelompok minoritas ini tidak pernah menjumpai diskusi-diskusi atau bahkan rencana-rencana untuk menggoyahkan mayoritas. 

Mungkin itu pula yang sedang dipikirkan dan dirasakan masyarakat Islam saat ini, "memangnya apa yang sudah kami perbuat sehingga anda takut dan tidak bisa menghargai kami dengan melakukan pelecehan gambar dan pernyataan yang menyinggung?"

Dampak dari ucapan presiden Macron sangat besar, setidaknya menurut penulis. Bagaimana tidak, kecaman-kecaman yang bahkan diwakili para kepala negara, memboikot produk, pengiriman nota protes hingga demonstrasi di berbagai tempat. Tidak cukup sampai disitu, serangan teror yang menewaskan tiga orang pengurus dan anggota gereja di Prancis terjadi kemarin. Penulis yakin ini juga akibat dari ucapan Macron meski penulis juga yakin jika memang benar, ini bukan cara yang diinginkan oleh masyarakat Islam sebagai pihak yang dirugikan oleh ucapan Macron. 

Penulis menduga serangan teror kemarin dilakukan oleh oknum yang memang sudah mempunyai doktrin yang keliru tentang keimanan, atau bisa jadi juga pihak lain yang sengaja memanfaatkan situasi untuk membuat kegaduhan, memecah belah, sama seperti kelakuan kelompok anarko yang menyusupi demo di Indonesia beberapa waktu yang lalu.

Apakah sudah selesai sampai disini? Kemungkinan besar belum. Akan muncul respon-respon bahkan phobia-phobia yang keliru akibat serangan teror kemarin. Kemudian diikut oleh respon balasan lagi dan seterusnya dan seterusnya.

Menurut pandangan pribadi penulis, inilah yang terjadi ketika ungkapan "mata ganti mata" diterapkan di dunia yang penuh dengan ketidakpuasan. Pembalasan dari kelakuan seseorang hanya akan memunculkan dendam yang lain lagi, dan ketika dendam itu dibalaskan, tetap akan menimbulkan ketidakpuasan dan dendam yang lainnya lagi, begitu seterusnya.

Terus kapan berakhirnya? Ketika ada satu pihak yang memilih mengerem, berhenti, diam, memaafkan, ketika kutukan dari ungkapan"mata ganti mata" itu dipatahkan. 

Perlu digaris bawahi bahwa penulis tidak sedang meminta masyarakat, terutama masyarakat muslim untuk mengikhlaskan dan memaklumi ucapan presiden Macron atau kelakuan guru (yang sudah jadi almarhum itu). Toh kecaman, boikot, protes, demonstrasi itu sudah jadi cara yang benar dan tepat sebagai respon. Pun penulis juga tidak menyarankan untuk pembunuh guru dan peneror gereja yang terjadi kemarin untuk dimaklumi karena posisi mereka yang membela keyakinan (kalau memang benar demikian), kenyataanya pelanggaran hukum tetaplah pelanggaran hukum apalagi sampai bersifat teror harus tetap diusut tuntas.

Penulis hanya menyadari dan mengajak yang lain pula untuk menyadari bahwa setiap tindakan yang dilakukan akan menimbulkan dampak yang bisa pula beruntun. Bahkan ketika sudah dipikirkan dampak yang akan timbul, tidak menutup kemungkinan akan ada hal tak terduga lainnya muncul. 

Kelakuan guru yang menunjukkan karikatur dan ucapan Macron menimbulkan keresahan juga kemarahan dari banyak orang hingga memunculkan pembunuhan dan teror, sedangkan tindakan pembunuh guru dan peneror gereja hanya akan memunculkan atau menguatkan phobia-phobia terhadap kelompok tertentu. Perbuatan mereka pada akhirnya merugikan diri mereka sendiri juga orang-orang yang mereka sayangi dan mereka bela. 

Andaikata penulis bisa berbicara pada presiden Macron, Guru yang melecehkan, si pembunuh serta si peneror, sebelum setiap kejadian itu terjadi hanya ada satu pertanyaan sama yang ingin penulis tanyakan. Sudahkah anda berpikir atas apa yang anda akan perbuat? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun