Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sumpah Pemuda, Demonstrasi, dan Kegalauan Penulis

27 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 27 Oktober 2020   16:02 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Febry Arya dari Pexels

Apakah usaha penyampaian pendapat sejauh ini oleh kawan-kawan aktivis baik organisasi mahasiswa, organisasi buruh dan yang lainnya benar-benar mewakili rakyat, yang sepengertian penulis berarti mayoritas rakyat? Atau ternyata hanya kelompok tertentu saja di negara ini yang terwakili? 

Apakah semangat teman-teman aktivis ini bisa menyamai kawan-kawan pemuda kita 92 tahun yang lalu atau ternyata mereka juga hanya membawa ego-ego sektoral?

Faktanya, Indonesia memiliki banyak kelompok masyarakat. Ada kelompok buruh dan pekerja yang sangat besar, tetapi ada pula kelompok pengusaha baik yang besar maupun yang skala mikro (UMKM) yang bahkan prosentasenya besar menyokong perekonomian nasional yang berarti pula secara logika sederhana pengusaha UMKM jumlahnya pun cukup besar di negara ini. 

Ada kelompok yang akan segera masuk ke dunia kerja mencari pekerjaan membutuhkan iklim kerja yang baik, tetapi ada pula kelompok orang yang akan masuk ke dunia wirausaha walau berskala kecil tetapi membutuhkan iklim investasi yang baik. 

Padahal melalui hukum ekonomi yang penulis pernah dapatkan, setiap kegiatan ekonomi memiliki prinsip yang sama yaitu mendapatkan hasil sebesar-besarnya dengan usaha sekecil-kecilnya. 

Kalau diartikan melalui sudut pandang pekerja, berarti mendapatkan upah semaksimalnya sesuai kebutuhan (primer, sekunder, bahkan mungkin tersier) dengan beban kerja seringan mungkin. 

Sedangkan saat diterapkan dalam sudut pandang pengusaha berarti mendapatkan output maksimal dengan faktor produksi seminimal mungkin (termasuk didalamnya upah pekerja). Lha terus apa mungkin melalui apapun peraturan yang pemerintah buat benar-benar bisa memuaskan semua pihak? 

Kalau demo  besar yang dilakukan esok hari (kalau jadi lho ya) maupun yang sebelum-belumnya memang benar memperjuangkan hak-hak buruh, apakah poin-poin perjuangan itu tidak akan merugikan pengusaha? Baik yang besar maupun mikro. 

Apakah kepuasan pekerja bisa berbanding lurus dengan kepuasan pengusaha? Kalau buruh marah dan pergi apa yang bisa dilakukan pengusaha? Sebaliknya kalau pengusaha marah dan pergi apa yang bisa dilakukan karyawannya? 

Padahal penulis baru berpikir dari sektor tenaga kerja yang besok akan didemo oleh KSPI, masih ada juga pengkritik sektor lain, dari aktivis lingkungan hidup lah dari mana lah dengan argumentasi mereka masing-masing. 

Apakah semangat yang dibuat pemuda pendahulu kita tahu 1928, semangat kesatuan itu, semangat ke-Indonesiaan itu, semangat bhineka tunggal ika itu, bisa dicapai dengan memberikan kepuasan kepada semua pihak, atau kita semua rakyat Indonesia beserta pemerintah harus menggunakan pendekatan lain, mengurangi ego sektoral masing-masing, sedikit berkompromi masing-masing, mencari jalan tengah, yang walaupun semua tidak akan puas, setidaknya mendekati apa yang kita semua inginkan yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh lho ya bukan sebagian, bukan hanya buruh tetapi juga pengusahanya, bukan hanya pengusahanya tetapi juga buruhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun