Anda mungkin sudah mendengar berita seseorang yang berinisial  FM (18), siswi sebuah SMA Negeri  yang menulis surat kepada mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), lantaran ijazahnya sempat ditahan pihak sekolah.
Kenapa menjadi sedemikian heboh hingga dinas pendidikan setempat ikut membuat klarifikasi? Setidaknya dari para pakar pembuat opini dan pembuat sudut pandang jadi-jadian di media sosial, saya menemukan banyak spekulasi. Selalu menyenangkan membaca perang komentar yang tak berkesudahan hehee...
Pertama, apa sih yang tidak heboh jika menyangkut Ahok? Di satu sisi beliau dianggap super hero yang membuat para pendukungnya belum bisa move on, di sisi yang lain apapun yang menyangkut hal-hal baik yang dilakukan Ahok adalah pencitraan belaka.
Padahal jika masih bisa berpikiran jernih, yang berkirim surat dan meminta tolong duluan siapa? Ahok hanya menanggapi. Tak sedikit yang menyatakan bahwa ini hanya hoax dan rekayasa. Silakan saja, pembenaran memang mutlak di tangan individu masing-masing dan di baliknya pasti ada pendukung yang ikut mengamini.
Kedua, sudah menjadi rahasia umum bahwa bersekolah di jaman now ini ada duit, ada ijazah. Tak ada duit ya tak ada ijazah dong. Ini mirip transaksi jual-beli: ada duit, ada barang. Sayangnya belum ada sistem kredit yang diberlakukan di sekolah. Maka ada duit, semua urusan lancar.
Di sekolah manapun apalagi yang berlabel sekolah favorit, baik di sekolah milik pemerintah apalagi di sekolah swasta jika tidak bisa melunasi uang segala macam itu, jangankan ambil ijazah ikut ujian mid semester saja tidak akan diperbolehkan.
Tentu saja bagi yang tidak mampu uang sebesar dua juta rupiah bisa jadi sangat besar. Padahal ijazah tersebut baru akan digunakan untuk mencari pekerjaan alias duit.
Yang terakhir, apa yang membuat siswi tersebut menyurati Ahok? Apa yang bisa dibantu seorang Ahok? Seperti yang kita tahu seorang Ahok saja masih berstatus tahanan yang masa tahanannya saja masih relatif cukup lama.
Di sini kepercayaan berperan besar. Saya salut dengan ide dan keberaniannya, bisa-bisanya dia menyurati dan curhat pada Ahok. Setidaknya menyuratinya walaupun tidak bisa membantu, FM merasa tidak akan membuat masalah baru dengan pihak sekolah dan pejabat berwenang di daerah tempat tinggalnya.
Menyurati pihak-pihak yang berwenang mungkin di pikiran remaja ini malah hanya akan buang-buang waktu bahkan akan mendapat masalah baru karena pungutan dalam proses pengambilan ijazah ini dianggap lumrah. Rakyat kecil apalagi masih bau kencur begitu mudah sekali untuk disalahkan, bukan?
Tahunya suratnya jauh lebih viral dan membuat heboh jika tidak mau disebut malu orang-orang yang berwenang di daerah setempat.Â