Ramadan tahun 2025 bagi saya sangat spiritual sekali, bahkan ini yang paling memberikan energi pertobatan maksimal dibanding ramadan sebelumnya, hal ini dikarenakan saya tidak ada kegiatan turun lapang untuk meneliti wanatani/agroforestri selama ramadan jadi bisa memaksimalkan berada di sekretariat, di rumah, bahkan di tempat olahraga sekalian mampir ke tempat sumber literasi seperti toko buku gramedia atau perpustakaan daerah yang tidak cukup ramai pengunjung.Â
Berbenah Ruang Baca di RumahÂ
Beberapa buku koleksi saya kebanyakan buku sosial humaniora, kesehatan, gastronomi, dan kuliner, namun ada 1 rak buku yang selalu berdebu namun seperti mengajak saya untuk mendalaminya, ternyata buku-buku ini adalah wikipedia al-qur'an yang jarang saya baca, saya merenung juga seperti ingin menyesalinya namun tidak ada guna.Â
Saya membersihkan debu-debu di bukunya dan melihat daftar isinya, dan disitulah kajian Al-Qur'an ini akan saya utamakan ketika ramadan dan ketika ramadan tiba, saya sangat kaku sekali mempelajarinya, karena hanya terbiasa mengaji saja layaknya ibadah biasa rutinitas, namun ketika mendalami tafsir Al-Qur'an dan kedalaman kajiannya, disitu saya merasa sangat bodoh dan betapa saya amat sangat malas tidak mengkajinya. Al-Qur'an hanya sebatas pedoman hafalan, namun tidak mengerti dan tidak dinikmati pesan-pesannya bagaimana manusia menelusuri pelajaran masa lampau bagaimana manusia saling terkoneksi dengan beragam sektor yang sangat luas, bagaimana manusia berinteraksi dengan Yang Maha Kuasa dan Penciptanya (Allah SWT) dan masa depan, tentang bagaimana manusia kembali seharusnya dengan keadaan yang baik-baik, karena terlahir baik dan dirahmati. Saya pun mulai membuat target-target bacaan prioritas, ramadan tahun ini mendalami Al-Qur'an dari bidang yang menjadi ranah profesionalitas saya yaitu : Pangan.Â
Mengapa Pangan Dibahas Dari Al-Qur'an ?Â
Al-Qur'an memuat berbagai kompleksitas kehidupan dan solusinya sesuai zaman dengan eksplorasi pendekatan berbagai pengetahuan dan sudut pandang yang sayang jika tidak dipelajari pada ramadan tahun ini, hal yang paling rutin menjadi kebutuhan umat manusia adalah kebutuhan primer dan dalam pelajaran biologi dasar, ciri makhluk hidup termasuk manusia selain bergerak dan bernapas tidak lain adalah makan. Disinilah, perjalanan pangan itu dimulai.Â
Bagaimana manusia bisa menjustifikasi jika minuman keras dan daging babi untuk umat islam tidak boleh dikonsumsi ? hal ini tentu merujuk pada tafsir surat al-baqarah, artikel yang sudah saya tulis sebelumnya mengungkapkan pesan-pesan antropologis Al-Qur'an dan Pangan memuat bagaimana urusan mendapatkan pangan, memperbaiki sektor hulu pangan agar tidak rusak, dan tuntunan untuk mendapatkan makanan halal dan baik dianjurkan untuk kemuliaan manusia dan kebaikannya, dimana hal tersebut adalah tanda cinta kasih Allah SWT pada ciptaannya yang berakal yaitu : manusia.Â
Haruskah Pendekatan Antropologis ?Â
Pendekatan lain tentunya sangat mungkin, namun hal yang paling mudah untuk berinteraksi dengan manusia manapun tanpa atribut keahlian bahkan awam sekalipun adalah dengan menyampaikan kajian atau pesan-pesan hasil studi secara inklusif (artinya untuk semua orang/golongan).
Pendekatan antropologis setidaknya bisa menghasilkan dialog sederhana dan tidak menggurui dalam penyampaiannya, beda jika isi Al-Qur'an disampaikan dengan pendekatan agama secara rumit dengan rujukan yang menyulitkan bahkan membosankan karena tidak terbiasa mempelajarinya dan setiap manusia modern yang hidup pada masa kini tentu saja latar belakang sosio-ekonomi-budayanya berbeda-beda. Akhirnya Al-Qur'an tidak menarik dikaji.Â
Namun, kelebihan pendekatan antropologis, pesan-pesannya bisa sangat sederhana disampaikan seperti larangan minum minuman memabukkan bisa diterima secara kulturis (budaya), misalnya dalam surat Al-Baqarah dijelaskan sangat padat bahwa minuman tersebut memang bermanfaat untuk hiburan (Apakah Allah menjustifikasi minuman memabukkan ini ? tidak kan ? makanya ada hikmahnya juga bagi mereka-mereka yang berbisnis di bidang minuman keras ini karena belum mengenal atau tidak mengenal islam dan itu kan hak manusia ketika sudah masuk pada bahasan pilihan agama dan keyakinan, disitulah Allah mengajarkan langsung cara bertoleransi, sekalipun ada sebagian keburukan).Â
Tafsir dengan pesan antropologisnya pada minuman memabukkan ini efeknya membuat manusia tidak sadar dan biasanya dekat dengan kegiatan judi, maka manusia akan tergoda jatuh dalam dampak negatifnya lebih cepat dan dikhawatirkan akan berperilaku kriminal jika kesadaran tidak terkendali, bahasa seperti ini renyah bukan dan tidak diskriminatif ? dibandingkan menjustifikasi bahwa orang yang mabuk sangat berdosa, apa dosanya ? bagaimana menghilangkan dosa tersebut ? dan manusia seperti apa yang berdosa ? jika bukan islam apakah berdosa ? disitu pengetahuan lain yang berperan menjelaskan, misalnya Ilmu Budaya atau Ilmu Perbandingan Agama.Â
Allah saja Maha Pengampun dan ternyata isi Al-Qur'an ini justru membimbing dan penuh toleransi sekali, Allah juga tidak marah jika umat islam tidak sengaja melakukannya karena memang ketidaktahuan dan kedaruratan, inilah islam yang rahmatan lil alamin sebenarnya, artinya rahmat bagi seluruh alam (kasih sayang bagi semesta alam).Â