Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perlunya Kaderisasi Anak Muda untuk Kelompok Wanita Tani (KWT)

15 Januari 2023   09:03 Diperbarui: 15 Januari 2023   11:40 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumentasi pribadi 

Memang kegiatan Komunitas Wanita Tani ini cukup lama karena bisa sampai 1-3 jam untuk berkegiatannya dimulai dari: 

Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, mengolah tanah dan menyiapkan media tanam, mensortir benih yang akan ditabur, memindahkan beberapa tanaman yang sudah layak tanam dan dipisahkan, menyediakan konsumsi untuk dinikmati bersama, dan bercengkrama membicarakan masa depan panen dan olahan apa yang memiliki keawetan yang cukup lama agar bisa disimpan, dinikmati, dan bernilai ekonomi. 

Namun, mereka yang berusia 45-65 tahun ini lama-lama menua dan tiada, dan pemudi yang enggan mampir tentunya tidak mendapat manfaat informasi atau pengalaman bagaimana berorganisasi di tengah masyarakat, karena ketika tidak bisa menyediakan kebutuhan primer, maka skala besarnya akan mengarah pada ketergantungan bahan pangan.

Tentunya jika ingin ketergantungan harus menyiapkan finansial yang besar dan percayalah perbudakan modern atas nama kesuksesan akan mulai kompetitif. Sesekali mampir saja untuk memotret kegiatannya terlebih dahulu, mereka membutuhkan anak muda hari ini untuk hal-hal baru. 

Mengapa Kaderisasi Anak Muda Penting untuk Keberlanjutan KWT? 

Ada beberapa hal renungan tentang hilangnya anak muda di tengah-tengah masyarakat, anak muda kian menjadi individualis dan memikirkan dirinya sendiri sehingga tidak ada lagi penggerak sosial untuk suatu gerakan.

Kelompok Wanita Tani jika aktif dan produktif mengolah sepetak lahan dengan berbagai macam komoditas, maka dampak yang paling bisa dirasakan adalah akses bahan makanan segar tidak perlu ketergantungan dan membeli ke pasar yang jauh, namun bisa dinikmati secara cuma-cuma bersama. 

Dan hal ini akan mengurangi jatah uang belanja dan meminimalisir anggaran konsumsi harian, 

Coba saja mulai hitung membeli paket sayuran Rp. 20.000 per hari untuk 1x makan dan dinikmati 2 orang. 

Selama 1 bulan sudah berjumlah Rp. 620,000, 

Jika 1 tahun maka untuk sayuran saja jika setiap hari membutuhkan sudah mencapai Rp. 7.440.000 

Jatah konsumsi komoditas yang bisa ditanam secara bersama dan proses panen cepat mereduksi biaya konsumsi tersebut dengan konsekuensi: harus konsisten, kompak, dan meluangkan waktu dibarengi manajemen organisasi komunitas yang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun