Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Wedang Secang Hutan dan Forest Healing

26 Oktober 2022   07:06 Diperbarui: 26 Oktober 2022   13:42 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masihkah pandemi ? bisa saja masih pandemi untuk di lokasi perkotaan dan sub-perkotaan, tapi telah berakhir bagi para penduduk desa dan penduduk penghuni area hutan, dan hal ini rasanya tidak adil jika mobilitas dan stabilitas pedesaan selalu mengikuti pergerakan perkotaan yang selalu memberikan intisari berita kecemasan entah itu berita tentang: covid-19 yang masih bergentayangan dan tambahan varian baru.

Syarat protokol kesehatan yang diperketat untuk bepergian, pergantian pembelajaran daring-luring dan hybrid yang begitu cepat harus beradaptasi dan terbiasa, kasus-kasus pembunuhan yang berjilid, pemberitaan rumah tangga selebriti yang terkena kekerasan rumah tangga tapi tidak jadi dipidanakan, kasus pemerkosaan honorer, isu-isu resesi dimana tidak ada solusi sama sekali hanya menyebar kecemasan dan ketakutan semata. 

Namun, jika berkunjung ke desa, dan meninggalkan sejenak notifikasi.  Ternyata ada sepercik kedamaian karena di desa orang-orangnya menganut prinsip bersinergi dengan alam dan menikmati semesta, tanpa bernafsu untuk menguasai Sumber Daya Alam dan bermasyarakat, dimana hal ini sudah hampir luntur. Kapan terakhir ngopi bareng tetangga dan bercanda tentang masa kecil dan bercerita tentang hangatnya berkumpul dengan orang yang telah tiada ? 

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Tradisi berkumpul di hutan sudah dilakukan oleh orang sunda sejak lama hanya untuk bercengkrama, mengobrol, bersenda-gurau, bahkan hanya menikmati minuman hangat dari hasil akulturasi orang jawa yang jika diceritakan akan mengarah pada hal-hal sentimen dibalut nuansa sejarah. 

Ya. Perang Bubat. Tapi itu tidak berlaku untuk kenikmatan dan kehangatan minuman hasil akulturasi ini : Minuman Wedang Secang, dimana bahan-bahannya banyak sekali ditemukan di hutan seperti : kayu secang, jahe, cengkeh, kayu manis, kembang lawang/bunga pekak, daun salam, kunyit, kapulaga, dan sedikit gula batu diseduh dengan air panas. 

Dinikmati bersama di tengah hutan yang asri, dikelilingi pohon mahoni, mendengarkan kicauan burung, suara tongeret yang tidak berhenti, suara dari daun-daun yang saling berdesek, aroma tanah hutan yang masih dilapisi humus dan segala elemen yang ada menambah kedamaian dan ketenangan. Inilah forest healing.

Dok Repa Kustipia
Dok Repa Kustipia

Forest Healing, biasa dikenal dengan terapi hutan dimana serangkaian kegiatan bisa dilakukan pada ekosistem hutan dan adanya kontribusi dari orang-orang yang akan menikmatinya, bisa melakukan konservasi, penanaman kembali, bahkan hanya melakukan perkemahan menyepi dari keramaian. 

Ben Page dalam bukunya yang berjudul Healing Trees: A Pocket Guide to Forest Bathing merekomendasikan bahwa berjalan-jalan di hutan akan menemukan jati diri yang sebenarnya, mengenal diri secara utuh karena jauh dari hingar bingar dan omongan sekitar, bahkan seseorang bisa berinteraksi dengan dirinya serta menemukan keinginan terdalamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun