Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Literasi Kuliner : Sejarah Sepiring Pecel

2 Juni 2022   21:44 Diperbarui: 2 Juni 2022   22:36 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-20220514-wa0009-6298c726bb448646a07303f2.jpg
img-20220514-wa0009-6298c726bb448646a07303f2.jpg
Sebagai orang sunda dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Kudapan pecel apapun rasanya selalu pas di lidah, seakan tonsil-tonsilnya memberikan konfirmasi "ini makanan enak" yang menjelaskan ini masakan Indonesia tepatnya dari Pulau Jawa. 

Aroma bumbu kacangnya yang semerbak, mbok-mbok bahkan mbak-mbak yang jualan pecel selalu membuat terpana dengan kesederhanaanya serta dibalik rentetan jinjingan dan baskom yang numpuk ada perjuangan kehidupan yang bersumber dari komoditas-komoditas pertanian lokal. 

Dibeli dari pasar lokal, dipetik dari kebun pribadi, bertukar komoditas dengan kelompoknya, tak peduli sumbernya darimana pokoknya dari produksi, distribusi sampai konsumsi sepiring pecel daerah manapun selalu memberikan kesan : 

"baiklah, besok-besok seporsi lagi ditambah kerupuk atau topping lainnya" 

Pada kesempatan segmen Literasi Kuliner dari komunitas Hello Makna Kata inilah sajian literasi kuliner ini tersampaikan, hal ini semoga bisa mengajak kembali beberapa orang agar memprioritaskan kudapan lokal ini, terutama dalam sepiring pecel, setidaknya ada kontribusi pada lingkungan dimana ada reduksi konsumsi lemak. 

Cita rasa olahan lemak, memang enak, tapi marilah dicoba sebentar saja dari satu piring pecel ini. 

Bahasan pada segmen ini tidak jauh dari bahasan migrasi sajian kuliner di Daerah Pulau Jawa (dimulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah sampai Jawa Timur).

Sebagai disclaimer saya bukanlan food historian, jadi kalau ada yang lebih ahli, mengapa tidak menambahkan referensi dan tentunya berkomentar untuk memantik diskusi. 

Secara visual dari display menu atau ketika pecel itu tersaji, apakah sering menebak jika sajian pecel itu beragam ? atau langsung terbayang nama daerah asalnya ? bahkan terbayang rupa penjualnya ? 

Ga cuma bumbunya tapi komposisinya bahkan nama pecelnya beda-beda.

Mari kita sedikit membayangkan sedang berada di pasar tradisional di daerah Bandung, Cimahi, Sukabumi, Priangan Timur (Tasikmalaya, Banjar, Ciamis, Garut) dimana sajian pecel itu banyak dijumpai bahkan di Jakarta pun banyak yang menjual pecel, namun sebutannya dan cara menikmatinya pun berbeda beserta toppingnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun