Mohon tunggu...
REFLEKSI DIRI
REFLEKSI DIRI Mohon Tunggu... Penulis - Renungkan dan Rasakan. Intisari kehidupan ada di dalamnya.

Tulisan apapun yang dimuat, adalah tulisan yang berlandaskan pengalaman, gagasan dan riset sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ambigiu, Sekarang Siapa yang Dungu

8 Januari 2021   17:23 Diperbarui: 8 Januari 2021   17:31 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokumen Pribadi

Dari dulu kamu memang seperti itu, menyalahkan ku dengan segala keadaan yang menimpamu. Meski kau tak melihat bukti sebagai kenyataan, kau menyalahkan ku secara terang-terangan. Aku pun selalu mencoba mengalah dengan semuanya, ku harap kamu berubah dan tak mengulanginya.

Semakin kesini kamu semakin menunjukkan warna, dirimu seakan tak menghargai diriku seperti selayaknya. Semakin ku mengalah, berharap tak ada lagi pertengkaran parah, namun kamu seakan memanfaatkan itu agar aku kalah. Menyombongkan kata-kata dan argumentasi mu, menjadikan ku merasa kau asing di hidupku.

Mungkin kamu memang sudah tak mencintai ku, alasan kau bersama ku adalah kemenanganmu. Bersama ku kau selalu merasa terbaik, tak pernah ingin disalahkan. Jika ku menolak opinimu, seakan kau menganggap ku tak menghargai mu.

Padahal, melihat semua perlakuan mu terhadap ku, sudah menjelaskan bahwa kau tak menempatkan posisi ku dimana seharusnya. Sikapmu yang selalu menyudutkan ku, membuatku mengerti arti diriku di hidupmu.

Bukan ku menuntut, tapi cobalah untuk mendengarkan sedikit bagaimana hatiku tertaut. Lihatlah bagaimana aku menjadikanmu mulia dalam hati dan perlakuanku. Bukan egois, hanya saja aku lelah dengan sikapmu yang arogan dan sinis.

Mungkin ku cukupkan sampai disini saja, kurasa hubungan ini tak lagi seperti sebelum-sebelumnya. Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi, mungkin saja rasa yang dulu telah pergi. Terimakasih atas semua pelajaran yang kau beri, kau ajarkan aku kesabaran dalam mencintai. Kau melengkapi cinta ini dengan pertengkaran yang tak pernah usai. 

Ku harap kau temukan pengganti, yang lebih mengerti dirimu dibanding aku selama ini. Mugnkin saja aku sudah tak seirama dengan mu, tak sevisi misi dengan mu. Hingga kita selalu bersebrangan, dalam segala keputusan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun