Rasanya aku masih bermimpi membayangkannya, melepas dirimu begitu saja, membiarkan rasa dan luka kembali terbuka.
Meski dulu sempat senbuh dan tertutup rapi, tapi kini, tersayat kembali. Bahkan lebih perih dari sebelumnya. Dengan segala kenangan manis kita, aku masih setengah dasar sampai saat ini.
Sekarang aku terpojokkan, aku tertekan, rasa tak kuat ku menahan. Sayatan ini perlahan namun menyakitkan. Sedikit demi sedikit menikmati kesakitan ku yang tak berkesudahan.
Darinya aku bertransisi, mencoba membiasakan diri, untuk tidak memikirkan mu lagi. Fase ini mungkin akan menjadi fase tersulit bagiku, dimana aku harus memaksa keluar dari gelembung kegalauan ini.
Keadaan yang membuat ini semakin sulit, membuatku semakin terhimpit. Entah kenapa aku merasa akan sulit melaluinya, entah bagaimana caranya, aku pun harus mampu membebaskan diri darinya.
Mencoba terbiasa dengan segala keadaan, membuatku harus berdamai dengan segala kenyataan. Menerima segala konsekuensi keputusan. Meski dirimu menginginkannya dan hatiku tak menghendakinya.
Aku hanya berharap, dengan adanya fase ini, menjadikanku lebih kuat dari sebelumnya. Membuat siklus hatiku lebih tegar menghadapinya. Kehidupan memang seperti ini, hubungan ini memang begini. Karena ada dua hati dan dua kemauan di dalamnya. Tak bisa ku paksakan dirimu untuk terus bersamaku.