Mohon tunggu...
REFLEKSI DIRI
REFLEKSI DIRI Mohon Tunggu... Penulis - Renungkan dan Rasakan. Intisari kehidupan ada di dalamnya.

Tulisan apapun yang dimuat, adalah tulisan yang berlandaskan pengalaman, gagasan dan riset sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya, Asimilasi, atau Akulturasi

6 Desember 2020   20:36 Diperbarui: 6 Desember 2020   21:09 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: moondoggiesmusic.com)

Dalam hal ini, tak banyak yang akan aku ulas. Karena kalian juga tau, kalau topik ini sulit untuk ditilik mendalam perihal rentan nya materi ini jika salah diksi di dalamnya. Menurut orang-orang, budaya adalah suatu hal yang sudah mendarah daging dalam kehidupan mereka. Bahkan terkadang, budaya sudah tertancap dalam di alam bawah sadar mereka.

Menurutku, budaya itu sudah seperti nafas yang selalu hadir dalam diri dan selalu berdampingan setiap hari. Terkadang tanpa sadar, aku berusaha mengikuti dan bahkan menjadi budaya lain yang menurutku akan bagus di mata orang-orang. Namun sekali lagi, secara tidak sadar aku akan menunjukkan siapa sebenarnya diriku dan dari mana asalku. Sehingga budayaku akan ikut didalamnya menjadi karakter diri dan pribadi ku.

Tak bisa disangkal, budaya sedekat itu denganku. Terkadang aku sulit memilih cara agar budaya itu hilang atau minimal tesamarkan oleh presensi diri yang sudah susah payah ku ciptakan sedemikian rupa.

Asimilasi memang sempat terbesit dalam keinginanku. Tapi hatiku menyangkalnya, bagaimana jika budaya yang sudah ku hapus tak bisa kuingat lagi, bagaimana jika budaya yang kuikuti tidak relevan lagi, dan bagaimana jika aku tidak mengikuti budaya sementara budayaku yang lama sudah ku hapus dan melupakannya. Bagaimana jika di akhir, aku tak memiliki budaya yang awalnya sudah menjadi identitas ku.

Kekhwatiran itu yang menahan ku untuk tidak memutuskan Asimilasi sebagai langkah akhirku dalam penindakkan budaya yang sudah lama memangku ku. Sehingga terpaksa aku mencari cara lain, agar budaya yang sangat kental ku miliki tak terlihat jelas di mata mereka yang kuinginkan melihat diriku sebagai sosok yang mandiri dan netral. Ku memilih Akulturasi karena kupikir itu bisa menjadi solusi yang cukup baik dalam hal ini. Aku tidak harus menghapus budaya ku yang sudah ada. Karena setelah ku pikir-pikir, kasihan juga memang dan pastinya nanti sangat menyedihkan jika aku tidak memiliki budaya sebagai identitas ku. Jadi, aku cukup mengisi budayaku yang sudah ada dengan beberapa penyesuaian. Menurutku manusia adalah makhluk yang paling cepat beradaptasi, jadi aku juga yakin, budaya yang sudah kusesuaikan akan cocok nantinya jika aku terapkan. Dan pastinya mereka juga akan tetap melihat budaya yang melatarbelakangi ku, tapi bukan lagi dengan tatapan kritik dan stereotipe. Melainkan dengan tatapan bangga dan penuh penghargaan serta toleransi didalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun