Mohon tunggu...
renunganfp
renunganfp Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga yang doyan ke pasar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Renungan "Eceu-eceu" Paska Debat Capres Kedua

20 Februari 2019   03:05 Diperbarui: 20 Februari 2019   03:17 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

 Berawal dari kepoan saya terhadapa komen-komen teman, selebgram, sodara dan orang tua mengenai capres yang tiada henti akhir-akhir ini, emang ada apa sih? serame itukah? No. 1 lah, No. 2 lah, Golput lah. Isu ini itu yang sering kali asing bagi saya.

Sebagai ibu rumah tangga yang sudah memiliki banyak buntut, saya akui saya tidak update dengan berbagai perkembangan berita akhir-akhir ini. Kali ini saya mau nonton karena ibu saya nobar debat capres, eunin eunin gaul yang tetap eksis di tengah kehebohan pemilihan presiden. Masa kalah ma nininini. Voila, minggu malam saya menonton debat capres putaran ke 2 setelah pertarungan sengit menidurkan si sulung. 

Jadi apa saja sih yang dibahas dalam debat capres putaran ke 2? isu-isu mengenai energi, pangan, infrastruktur, sumber Daya Alam, lingkungan Hidup. Bagi saya, debat kemarin kalau saya analogikan dengan semangkuk bakso, semacam kurang micin dan garam.  

Harapan saya akan sengit seperti debat Trump dan Hillary, bagaimana kompetitifnya para calon presiden menunjukan ideologinya, programnya, bagaimana mereka menyerang setiap asumsi lawan. Debatnya hidup! Masing-masing pihak memberi  alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing dan menunjukan kenapa mereka pantas untuk jadi presiden Amerika. 

Berlanjut dengan tontonan malam ini "ILC: Debat kedua capres, benarkah jokowi di atas angin? " saya sangat menikmati penjelasan pak rizal ramli, pak sujiwo tedjo dan tentunya pak karni ilyas. Saya terpukau dengan Pak Rizal, memang beda orang berilmu itu, bijak menyikapi persoalan, bahkan semua jawaban persoalan yang dibahas di debat capres kemarin dijawab, wow super!! 

Mata saya pun terbuka dengan penjelasan pak sudjiwo tedjo, logikanya luar biasa, benar juga, debat kemarin terlalu teknis bahasa dirjen. (bahasa dewa susah untuk dinalar oleh eceu-eceu,,haha)

Epiknya Pak Karni ilyas mengutip filsuf yunani Epictetus bahwa kita punya dua telinga dan satu mulut, jadi kita harus mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara, bahkan menyindir para politikus bagaimana debat di DPR, bagaimana politikus dua kali lebih banyak berbicara dari pada mendengar.

Itu saya sangat sangat setuju, selama durasi talkshow saja potong memotong pembicaraan sering terjadi, para pembicara yang umumnya para politikus tidak saling mendengar dan berupaya terus menyuarakan unek-uneknya terus, satu kata LIEUR atuhlah.

Intinya dari dua acara tersebut saya dapat menyimpulkan tiga hal. Satu, adanya kelompok orang  yang loyal, kelompok yang oportunis dan kelompok yang berintegritas. Berbicara dengan dengan para loyalis seseorang itu sulit, ngeles mulu, karena mereka akan berpegang teguh dengan pujaannya, bahkan seperti memakai kacamata kuda, semua terlihat indah dan sempurna tiada cela dan akhirnya tiada henti melihat kekurangan orang, membosankan. 

Lalu ada juga para oportunis yang bermunculan, entah itu ingin diakui seseorang supaya mendapatkan keuntungan, dan  terakhir kelompok orang yang berintegritas,  pikiran perbuatan dan ucapan sama, dan bisa membedakan mana benar dan salah. semoga saja semakin banyak orang yang berintegritas di Indonesia. AMIN YRA. 

Kedua, jumlah pemilih yang loyal kepada para calon itu sudah dapat diprediksi, yang menentukan kemenangan adalah swing voter, jika debat itu bertujuan untuk menggaet hasrat para swing voter, mungkin sikap para calon ini yang nantinya menjadi patokan dalam memilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun