Mohon tunggu...
Renta Ringo
Renta Ringo Mohon Tunggu... Guru - www

Sharing is caring

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Jarak Jauh yang Semakin Menjauh

14 September 2020   09:56 Diperbarui: 21 November 2021   20:54 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: steemitimages.com

Mendengar dan didengarkan adalah dua hal yang posisinya sama penting dalam hal kita berkomunikasi. Untuk porsi seimbangnya mungkin tiap orang beda-beda ya, tergantung kebutuhan masing-masing. Ada begitu banyak faktor pembedanya, kondisi hati dan pikiran, pendidikan, usia, jenis kelamin, karakter, pengalaman dan lain sebagainya. 

Ketika porsinya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan ataupun butuhkan maka kita akan merasakan kejenuhan hingga berujung kelelahan. Saat telinga kita harus menampung begitu banyak suara atau mulut kita harus terpaksa banyak bersuara dari yang biasanya, tentu akan mengusik ritme dari indera-indera kita yang sudah terbangun selama ini. Patokan paling dasar dari kebutuhan kita tentu adalah seberapa banyak biasanya yang kita dengarkan dan suarakan.

Saat diperhadapkan pada suatu perubahan tentu butuh yang namanya adaptasi, dan lagi-lagi kemampuan adaptasi tiap orang berbeda-beda. Sekompleks itu lah memang keberadaan manusia. Sama kompleksnya ketika ngomongin masalah pendidikan karena memang dalam pendidikan yang dihadapi adalah manusia. 

Kondisi pendidikan di masa pandemi, mengharuskan manusia beradaptasi. Pembelajaran jarak jauh (distance learning) adalah bentuk dari adaptasi. Interaksi yang terjalinpun terjadi di dunia maya, guru disini dan siswanya dimana-mana. Karena sudah pernah dan terbiasa menikmati belajar tatap muka yang mana di dalamnya terdapat emosi berbagai rupa yang membuat prosesnya berdinamika, sehingga jauh lebih menarik dari pembelajaran jarak jauh. 

Apakah dalam pembelajaran jarak jauh emosi antara guru dan murid kurang terbangun? atau malah sama sekali tidak ada? Entahlah ya, untuk lebih pastinya perlu di evaluasi proses pembelajaran jarak jauhnya. Tapi satu hal yang pasti bahwa aspek emosional tentu penting perannya dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

Guru harus melek teknologi adalah salah satu hal mendasar yang dituntut di masa sekarang ini, untuk persentasinya boleh cari tau dan cek datanya sendirilah ya. Itu hanyalah salah satu hal dasar, masih banyak lagi sebenarnya hal dasar sekaligus penting yang harusnya dimiliki guru. Satu dari hal yang banyak lagi itu adalah kemampuan memahami murid. 

Dalam hal membangun komunikasi antara guru dan murid, tentu guru dituntut yang lebih memahami muridnya. Pasti ada guru yang bakalan protes, terus yang memahami guru siapa? Sekolah, pemerintah atau siapa? ah, rumitnya manusia.

Kita kembali ke guru dan siswa saja. Pada saat guru menjelaskan maka seyogiayanya murid mendengarkan dan menyimak, selama pembelajaran tatap muka proses itu boleh dibilang berlangsung relatif baik dan lancar. Bagaimana di tengah pembelajaran jarak jauh? Saat suara atas penjelasan dari materi pembelajaran yang sudah di rekam sebelumnya oleh guru dibagikan dan diperdengarkan ke siswa. 

Meski tetap ada bagian dalam proses  pembelajaran tersebut guru meminta siswa bertanya jika ada hal yang kurang dimengerti walau porsi waktunya jauh lebih sedikit, syukur kalau ada siswa yang bertanya. Begitu terus menerus selama berbulan-bulan. Murid kebanyakan disuruh mendengar dengan tuntutan porsi fokus yang lebih besar dari pembelajaran tatap muka. 

Dan istilah 'bacot' (terlalu banyak bicara-Red) kemungkinan akan keluar saat fokus otak  murid tidak mampu mengikuti ritme baru, fokuspun mulai goyah apalagi disertai munculnya rasa jenuh dan lelah. Maka dalam situasi tersebut terjadilah pada saat guru ngebacot, muridnya ngedumel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun