Gadis kuncit dua itu tersenyum senang. Putih abu-abu kini telah menjadi seragamya. Di depan sekolah nan megah ia memandang yakin dan percaya diri. Langkah kakinya mantap masuk ke aula. Semua anak dikumpulkan dulu di situ. Di pojokan sana, seorang gadis lain dengan kontak lens warna biru memandangnya tidak senang.
"Kamu diterima di sini juga?" tanya si gadis kontak lens biru.
"Iya. Kan nilaiku cukup untuk masuk ke sekolah ini. Dapat beasiswa pula." Gadis kuncit dua itu tersenyum lebar, penuh semangat.
Tiba saatnya makan siang. Di masa pengenalan sekolah ini, semua murid diminta untuk membuka makan siangnya masing-masing. Si gadis kuncit dua makan dengan lahap daging semur dan cah toge buatan ibunya.
Si gadis kontak lens biru memandang sebal kotak makannya. Isinya daging semur dan cah toge. Buatan Bi Sarni, pembantu rumahnya. (anj 19)