Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tiga Kalimat Keramat yang Sebaiknya Tidak Diucapkan Penjual pada Pembeli

1 Desember 2021   08:14 Diperbarui: 1 Desember 2021   08:30 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski kadang pembeli itu ada yang kelakuannya absurd dan kata-katanya suka ngeselin banget, tapi tak sedikit juga penjual yang tak kalah menjengkelkan saat berkata-kata. Hal ini tak jarang membuat dongkol pembeli sehingga kapok untuk kembali beli atau belanja di tempat itu lagi. Sebenarnya si penjual mungkin tak memiliki motif tertentu dalam mengucapkan kalimat tersebut. Hanya saja di dunia jual beli kadang penjual itu selalu menggunakan kalimat yang itu-itu saja dari zaman nenek moyang untuk sekadar berbasa-basi. Mereka sendiri mungkin nggak sadar kalau kalimat yang mereka gunakan itu ternyata cukup ampuh dalam membuat orang lain merasa kesal.

Seperti yang kita tahu dalam jual beli ada tiga faktor yang memengaruhi sebuah warung atau lapak jualan itu laris: pertama karena harganya yang murah, kedua karena makanannya enak/ barangnya berkualitas, dan yang ketiga pelayanan pedagangnya yang baik. Ketika faktor ini saling berkorelasi satu sama lain  dan saling memengaruhi satu sama lain. Harga yang murah tapi kualitas barang tidak bagus tentu orang juga bakal mikir lagi. Begitu juga meski barang sudah murah, barangnya bagus, tapi kalau yang jual orangnya ketus dan nggak ada ramah-ramahnya tentu orang juga akan malas untuk membeli di sana.

Oleh karenanya, mari simak kata-kata keramat yang sebaiknya dihindari atau dihilangkan penjual ketika ngomong dengan pembeli:

1. "Ini Doang Belanjanya?"

Meski kelihatannya sepele tapi kalimat ini cukup berdampak pada psikologis pembeli yang belanjaannya cuma sedikit. Seolah-olah kalimat ini kalau ditafsirkan kurang lebih begini bunyinya kalau diperdengarkan dari gendang telinga pembeli, "Hanya segini doang belanjanya, dikit amat!"

Penjual yang mengucapkan kata-kata ini seolah meremehkan belanjaan si pembeli yang belanjaannya tidak seberapa. Padahal sebagai penjual kita harus profesional dalam melayani pembeli. Mau mereka belanjanya banyak ataupun sedikit harusnya pelayanannya sama saja.

Meski kelihatannya mendramatisir sekali namun begitulah kenyataan di lapangan. Masih banyak kok pedagang itu yang memperlakukan pembelinya hanya dari visual atau dari jumlah belanjaannya. Ada baiknya, para penjual sudah saatnya memperbaiki bahasa turun-temurun ini dengan kalimat yang lebih halus. Sehingga pandangan orang tentang transaksi jual beli langsungs seperti ini ditinggalkan dengan beralih ke minimarket atau supermarket.

Kalimat, 'Hanya ini doang belanjanya?' mungkin bisa diganti menjadi kalimat,"Sudah selesai, Pak/Bu?" Kalau orang Jawa biasanya biar luwes mungkin bisa bilang, "Sampun, Mas/Mbak?"

2. "Ini mahal!"

Kebanyakan pembeli akan bertanya harga dagangan ke penjual bilamana dagangannya tidak disertai harga. Kata 'mahal' ini terdengar sangat ambigu, karena mahal dan murah  itu relatif. Setiap orang tentu berbeda dalam memaknai kata mahal dan murah. Ada orang yang menganggap bahwa mukena Syahrini yang dulu sempat viral seharga 5 juta itu mahal. Namun nyatanya di luar sana uang lima juta itu tak ada artinya, sehingga mukena yang katanya mahal itu pada akhirnya terjual banyak.

Yang dibutuhkan pembeli ketika bertanya harga itu bukan mahal atau murah, tapi berapa harga nominalnya. Toh, apa salahnya sih tinggal jawab harga pastinya itu berapa. Kenapa harus blunder dengan bilang kata mahal.

Meski sepele namun secara nggak langsung hal itu meremehkan si pembeli. Penjual menganggap bahwa dagangannya itu seolah memiliki harga yang fantastik sehingga si pembeli ini tidak mampu membelinya. Biasanya si pembeli ini secara visual mungkin berpenampilan sederhana, sehingga ia terlihat tak punya uang.

Biasanya pembeli yang geregetan bakalan membalas dengan kalimat, "Emang mahalnya berapa sih?" Terus setelah dijawab harganya sekian, tak sedikit pembeli yang mengomentari lagi, "Ha ternyata cuma segitu doang, kok bilangnya mahal!" Dalam hati si pembeli pasti dumel, "Asem, ngece banget! Emang tampangku kayak orang nggak mampu beli, po?"

3. "Tanya-tanya doang, nggak jadi beli!"

Mungkin benar sebagai penjual kalau ada pembeli yang banyak bertanya terus menerus pasti keselnya bukan main. Tapi sebelum merasa teraniaya, coba introspeksi dulu. Kenapa orang sampai bertanya mungkin karena dagangan yang kita jual itu memang belum lengkap deskripsinya, sehingga pembeli ingin memastikan secara pasti tentang barang yang ingin dibelinya.

Pembeli memang berhak untuk bertanya-tanya dulu sebagai pertimbangan. Sebagai penjual kita juga harus paham hal itu. Oleh karenanya jangan sampai terucap kata-kata itu. Mungkin benar di saat itu si pembeli hanya bertanya dulu, tapi tidak menutup kemungkinan di lain hari jika uangnya sudah terkumpul atau mendadak teringat barang yang pernah dia tanyakan, dia akan kembali untuk membeli barang tersebut.

Namun jika sudah disemprot dengan kalimat tersebut orang bakalan malas buat balik lagi. Ya kali cuma ditanyain doang aja sudah sewot penjualnya. Besok lain kali tentu jika dia datang hanya bertanya tanpa membeli pasti bakal kena omel lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun