Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pendapatan Menurun Drastis, Harga Bahan Pokok Melambung Tinggi

29 April 2020   18:12 Diperbarui: 29 April 2020   18:13 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendapatan Menurun Drastis, Harga Bahan Pokok Melambung Tinggi

Tak bisa dimungkiri, pandemi ini cukup besar menggoyahkan perekonomian banyak orang. Pasalnya akibat pandemi ini banyak orang yang terpaksa dirumahkan tanpa kejelasan gaji mereka. Selain itu banyak juga para karyawan yang harus terpaksa di-PHK oleh perusahaan. 

Di saat situasi tidak memungkinkan untuk keluar rumah, mustahil untuk mendapatkan penghasilan tanpa pergi bekerja. Lalu bagaimana nasib mereka yang kerja serabutan yang mengandalkan gaji harian?

Di saat pengahasilan yang tidak menentu dan bisa dibilang pendapatan turun atau malah tidak ada penghasilan sama sekali, tapi mau tak mau kita tetap harus melanjutkan kehidupan. 

Meski penadapatan tak bisa didapatan setiap hari, tapi yang namanya manusia tentu butuh makan setiap hari.  Namun ternyata penderitaan tak berhenti sampai di sini saja, pada kenyataannya kita harus dihadapkan dengan cerita pahit tentang kenaikan sembako dan beberapa bahan pokok.

Keadaan ini sudah seperti halnya 'Sudah jatuh masih tertimpa tangga'. Menyedihkan sekali bukan menjadi rakyat jelata yang penghasilannya tidak menentu. Tak bisa keluar rumah, tapi tak punya tabungan, dan setiap hari harus mengisi perut. 

Tak heran jika di beberapa berita menyebutkan, ada orang-orang yang sampai jatuh pingsan karena menahan lapar. Bulan Ramadan ini sepertinya orang-orang berpuasa dua kali lipat, menahan lapar di tengah kelaparan.

Sebenarnya kenaikan beberapa bahan pokok seperti gula pasir, bawang merah, bawang putih, dan bahan lainnya, ini cukup masuk akal mengingat bahwa saat ini sudah masuk bulan Ramadan. 

Seperti bulan Ramadan di tahun-tahun lalu, kenaikan harga sembako ini sangat wajar dan biasa saja. Tapi yang menjadi masalahnya, saat ini orang sedang kesulitan masalah uang. Jadi kenaikan seribu-lima ribu rupiah untuk tiap bahan pokok itu sangat terasa sekali.

Bahan pokok yangs edang viral karena harganya yang melambung tinggi dan kehadirannya yang mulai langka di pasaran itu adalah gula pasir. Entah kenapa, semenjak bulan Ramadan gula yang tadinya satu kilo dihargai sekitar 12 ribu, kini harganya sampai 18-20 ribu per kilo. 

Kalau dipikir-pikir wajar juga sih kalau gula sangat diburu saat ini. Mengingat saat ini bulan Ramadan, di mana kebanyakan menu takjil untuk berbuka puasa itu banyak menggunakan bahan dasar gula pasir.

Di saat pendapatan tak menentu dan bahan pokok merangkak naik, tentu hal ini akan membuat sebagian orang merasa kesulitan untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-harinya. 

Terlebih bagi mereka yang tinggal di perkotaan. Makan harus setiap hari, harus bayar kontrakan juga, apa-apa mahal, eh tapi gak ada pemasukan. Sedih kan ya.

Mungkin ini salah satu alasan kenapa sebagian orang memutuskan untuk pulang kampung di saat sudah ada anjuran untuk tidak pulang kampung. Yah, mau gimana lagi, kalau keadaan masih kayak gitu dengan waktu yang tak bisa dipastikan bisa-bisa orang-orang ini mati karena kelaparan dan tekanan psikis sebelum mati karena tertular virus corona. Serba salah juga sih, tapi kita juga gak bisa menyalahkan keadaan hidup para orang kota yang memiliki tingkat hidup yang relatif rendah seperti ini.

Bayangkan saja, para buruh bangunan atau penjual keliling yang untuk kesehariannya saja kadang masih kurang. Jadi, yah gak bsia disalahkan juga jika mereka lantas gak punya tabungan untuk bertahan hidup di tengah pandemi ini.

Jika kita tinggal di kampung, mungkin masih ada tanda-tanda kehidupan. Yah, walaupun tinggal di desa juga gak menjamin kalau di saat krisis seperti ini semua akan baik-baik saja. Tapi paling tidak tinggal di desa itu masih ada banyak kelebihan yang bisa kita syukuri. Misalnya saja untuk makanan sehari-hari, kita masih bisa memasak sayuran yang dipetik di kebun atau halaman rumah. 

Untuk lauknya pun, kita bisa memancing ikan di kolam, mengambil telur di mana ayamnya kita pelihara sendiri, ataupun mencari ikan di sungai. Untuk padi pun, kita bisa mengandalkan hasil panen di sawah. Bagi yang tak punya sawah mungkin bisa menjadi buruh tani yang mana nanti bisa mendapatkan sebagian gabah dari pemiliknya.

Jika gas di rumah habis, maka kita masih bisa memanfaatkan kayu bakar untuk perapian dan jika minyak goreng  habis pun kita bisa membuat minyak kelapa sendiri. Paling tidak di saat susah seperti ini kita amsih bisa bertahan hidup jika tinggal di desa.

Semoga saja pandemi ini segera berakhir, agar kesedihan ini segera berlalu. Apabila kita diberi kelebihan rezeki ada baiknya, kita lebih peka akan kesulitan orang-orang di sekitar kita. Mari saling bantu membantu melawan krisis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun