Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bukan Gosip, Ini Alasan Perempuan Menikah Perlu Berbagi Cerita dengan Sahabatnya

4 Desember 2019   19:34 Diperbarui: 5 Desember 2019   18:41 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shutterstock.com/Andresr

Bagi sebagian wanita, menikah merupakan sesuatu yang bisa mengubah beberapa hal dalam kehidupannya. Semua seolah tak sama seperti saat mereka masih lajang dulu. 

Jika mungkin dulunya dia bisa bebas membelanjakan semua uang hasil kerjanya, kini dia harus mengatur sedemikian rupa penghasilan dari suaminya. 

Jika mungkin dulu dia bisa bermalas-malasan tinggal di rumah kedua orangtuanya, maka tak ada cerita hal serupa saat ia menumpang tinggal di rumah mertuanya. Jika dulu dia bisa berjalan-jalan dengan teman-temannya, maka kini dia sibuk mengurus rumah, suami, dan anaknya.

Dengan segala perubahan semacam ini, tak sedikit wanita yang mengalami stres ataupun despresi. Dunia mereka seolah terkurung di dalam sebuah sangkar. Mereka tak bisa bergerak dan leluasa dalam menjalani kehidupannya. Hari-harinya hanya disibukan dengan urusan yang itu-itu saja.

Mungkin bagi wanita yang memutuskan tetap berkarier setelah menikah, memiliki potensi stres yang lebih rendah. Walau tak menutup kemungkinan juga, di tempat kerja mereka akan mendapat masalah yang rumit dan pelik. Namun paling tidak mereka memiliki suasana baru, rekan kerja yang bisa diajak diskusi, dan bertemu dengan orang-orang baru.

Beda halnya dengan mereka yang fokus dan memutuskan untuk menjadi full ibu rumah tangga. Dari bangun pagi hingga tidur lagi mereka hanya menghabiskan harinya di dalam rumah. Kalaupun pergi, paling-paling hanya di warung sayur. Menjadi ibu rumah tangga itu bukan perkara yang mudah. 

Meski sepertinya sepele dan tak sedikit orang yang meremehkannya, namun sungguh menjadi seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berada di dalam rumah itu sungguh pekerjaan yang menguras emosi dan mengundang kejenuhan yang akut.

"Semua wanita dari zaman dulu juga gitu, sudah kodratnya, gak usah lebay deh!"
Sering kali hal-hal yang dikeluhkan para ibu rumah tangga ini dianggap sesuatu yang berlebihan. Masyarakat kita masih banyak yang beranggapan kalau wanita itu memang harusnya ditakdirkan di rumah. 

Membereskan rumah, memasak, mencuci, dan juga merawat suami serta anak. Kehidupan para wanita ini seolah sudah terkuras dengan hal-hal ini setiap harinya. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, mereka hanya mengurusi urusan keluarga.

"Yah, itu beratnya jadi seorang istri dan ibu!"

Saya setuju, karena selama ini saya tahu benar bagaimana perjuangan para istri dan ibu dalam menjaga keluarganya. Tapi bukan berarti bahwa para wanita ini tak memiliki mimpi, keinginan, serta sesuatu yang ingin ia kerjakan. Mereka memilih diam dan memendamnya sendiri. 

Lalu mereka menjalani kembali kehidupan yang monoton. Beruntung jika mereka memiliki pasangan yang pengertian, sehingga pasangannya mau membantu tugas serta memahami perasaannya. Tapi jika mereka bernasib nahas harus bertemu dengan pasangan yang acuh dan tak mau peduli dengan kesulitan serta perasaan istrinya, tentu hal ini akan berakibat buruk bagi si wanita.

Jangan pikir, di dalam rumah itu mereka tak memiliki kesulitan. Bisa jadi setiap hari para wanita ini mendapat slentingan-slentingan tak mengenakan dari tetangga.

Bisa jadi mereka mendapat kesulitan dari mertuanya. Bisa jadi dalam mengurus anak dia mengalami kesulitan. Padahal kita tahu sendiri, yang namanya pekerjaan rumah itu tiada habisnya. Pagi sudah nyuci baju saja, sore sudah ada tumpukan baju kotor lagi. Belum lagi kalau ada anak-anak di rumah, beberes serajin apa pun, rumah mustahil untuk terjaga kerapiannya.

Saya tahu semua ini memang tugas dan tanggung jawab seorang istri dan ibu, tapi kita juga tak boleh lupa akan satu hal:

Wanita ini bukan hanya istri dari seseorang, bukan hanya menantu dari seseorang, dan bukan hanya ibu dari seseorang. Namun dia juga manusia yang punya rasa dan keinginan. Sehingga mereka juga butuh 'me time' dari segala kepenatannya tersebut.

Ada baiknya seorang wanita yang sudah menikah itu tetap menjalin pertemanan. Sehingga ketika mereka merasa jenuh, bosan, dan sendirian karena pasangannya yang tak perhatian, mereka tetap merasa bahwa mereka tak sendirian. 

Seperti yang kita tahu bersama, tak sedikit wanita memutuskan pertemanan setelah mereka menikah. Mereka selalu beralasan sibuk mengurus suami dan anak. Tak salah memang, tapi ada baiknya kita tetap menjaga komunikasi dengan teman kita dan meluaskan jangakauan pertemananan kita.

Dalam hidup ini kita butuh teman. Teman dalam segala hal. Entah teman yang bisa kita kenal dalam majelis ilmu, teman yang memiliki hobi yang sama, atau teman yang asyik untuk diajak diskusi. 

Jangan pernah menutup diri dari lingkup pertemanan. Sesekali luangkan waktu untuk berkunjung ke rumah teman. Coba pikirkan kembali, sudah berapa lama kita tak menghubungi teman yang dulu sangat akrab dengan kita? Sudah berapa lama kita tak bertemu dengan teman-teman lama kita?

Jika sebelum menikah kita bisa bahagia memiliki banyak teman, kenapa kita tak bisa merasakan kebahagian yang sama setelah menikah? Menikah bukan alasan bagi kita untuk tidak memiliki teman.

Jika banyak yang bilang, bahwa zaman sekarang ini sangat sulit menemukan teman yang benar-benar baik dan dipercaya, mungkin kita bisa bercermin terlebih dahulu. 

Bisa jadi selama ini kita juga tidak tulus dalam berteman. Saya jenis orang yang percaya bahwa selama kita menjadi orang baik, Tuhan akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang baik pula. Memiliki teman yang perhatian, baik, dan tulus itu bagi saya juga merupakan sebuah rezeki yang patut kita syukuri. Jadi jika hari ini mungkin kita belum menemukan teman yang baik, maka jadilah teman yang baik.

Hidup akan lebih berwarna saat kita memandang dunia ini dari sudut pandang orang lain. Berdiskusi, bercerita, dan bercanda dengan teman itu nyatanya membuat hidup kita lebih berwarna. 

Karena tak sedikit wanita yang sudah menikah itu merasa dia sendirian, kesepian, dan tak memiliki teman untuk berbagi. Jangan anggap remeh despresi, mungkin kita juga bisa ke psikiater saat kita butuh teman untuk bercerita tentang masalah kita.

Semoga kita semua menjadi wanita-wanita yang bahagia, sehingga kita bisa menularkan virus kebahagian kita pada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun