Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semakin Tua, Semakin Sedikit Pula Teman yang Kita Punya

22 Juli 2019   09:35 Diperbarui: 22 Juli 2019   09:46 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat masih anak-anak dulu, kita cenderung memiliki banyak sekali teman. Entah itu di sekolah, tempat ngaji, tempat les, atau lingkungan rumah, kita akan sangat mudah mengikat sebuah pertemanan. 

Pemikiran anak-anak itu sangat sederhana, siapa pun yang mau bermain dengannya maka akan menjadi temannya. Mereka begitu polos dan tak pernah memiliki pikiran buruk pada orang baru.

Ah, betapa menyenangkannya yah menjadi anak-anak. Berteman tanpa perlu takut kalau temannya itu akan melukai atau akan berkhianat padanya. Anak-anak itu tak seperti orang dewasa, mereka sangat mudah memaafkan dan tidak memiliki sifat pendendam.

 Saat mereka menangis dan marah karena ulah temannya, maka hal itu tak akan lama berlangsung. Karena bisa dipastikan, hari berikutnya mereka akan kembali bermain bersama.

Hal itu tentu jauh berbeda jika terjadi saat kita sudah dewasa. Saat kita dibuat menangis dan terluka oleh seseorang, maka bukan hal yang mustahil jika kita kadang masih menyimpan dendam kesumat bahkan hingga ribuan abad lamanya. Sederhananya, orang dewasa itu selalu berpikiran, "Tidak akan mungkin semudah itu aku lupakan semua kesalahannmu!"

Memasuki dunia remaja, pertemanan itu bisa dikatakan sebagai sebuah ajang pencarian jati diri. Dengan siapa kita berteman, itu akan memperlihatkan seperti apa diri kita. 

Jika berteman dengan anak-anak populer di sekolah, jelas kita akan ikut-ikutan populer. Jika kita berteman dengan geng motor, maka otomatis kita juga termasuk dalam komunitas geng motor. 

Oleh karenanya, dimensi masa remaja itu kadang mengharuskan kita membuka koneksi seluas-luasnya dalam pertemanan. Dari satu teman ke teman lainnya kita akan mulai belajar banyak hal dan pengalaman.

 Namun bukan hal yang aneh juga, kalau banyak anak remaja yang salah pergaulan. Mereka cenderung pemberani dalam mengambil keputusan, tapi pernah berpikir masak akan konsekuensinya nanti.

Jiwa muda mereka menuntut untuk bereksplorasi tentang dunia luar. Rasa penasaran mereka kadang membuat mereka ingin mengenal teman yang mampu mengajaknya ke dunia yang baru. 

Mereka cenderung akan bosan jika hanya memiliki teman yang itu-itu saja. Dunia mereka itu sedang berwarna-berwarnanya, sehingga teman-teman yang abu-abu bin membosankan, akan dengan mudah tersingkirkan dalam hidupnya.

Banyak orang tua yang sering mengeluh akan kelakuan anaknya yang mulai sulit diatur. Mereka kadang jauh lebih mendengarkan perkataan teman-temannya ketimbang orang tuanya sendiri. Lingkaran pertemanan bagi remaja itu sangat berpengaruh besar. Sehingga jika salah sedikit saja dalam mencari teman, maka ya sudah. 

Seiring bertambahnya usia, saat kita sudah semakin dewasa dan mulai tua, kita akan mulai selektif dalam memilih teman. Bisa dikatakan, teman kita akan semakin sedikit dan biasanya hanya itu-itu saja teman kita. 

Mau nongkrong di kafe yah sama dia, mau ke salon ya sama dia, mau ke
Biokop sama dia, mau belanja ya sama dia, mau curhat ya sama dia, pokoknya semua hal dikerjakan bersama orang yang sama. 

Entah mengapa, semakin tua lingkaran pertemanan kita semakin menyempit saja. Kita seolah dituntut untuk tidak asal pilih teman. Mungkin bisa juga semakin dewasa, pikiran kita semakin terbuka dan realistis. 

Kita sudah mulai paham dengan teman-teman yang ngaku sebagai teman kalau  cuma pas ada butuhnya saja. Kita mulai sadar akan teman-teman yang hobi pinjam uang tapi susah buat balikinnya. Kita mulai waspada ada teman yang suka ngomong baik di depan kita, tapi paling kenceng ghibahin kita di belakang. 

Semakin tua kita mulai muak untuk berbasa-basi. Rasanya lelah untuk terus berpura-pura. Makanya, memiliki sedikit teman tapi yang tahu bagaimana diri kita yang sesungguhnya itu lebih membuat kita nyaman. Kita sudah tahu pasti bagaimana dia, dan dia pun sudah paham bagaimana baik dan buruknya kita. 

Lebih baik memiliki sedikit teman tapi dia selalu ada untuk kita saat kita butuhkan. Mereka yang tak pernah bosan mendengarkan keluh kesah kita. Dan mereka yang selalu asyik untuk diajak jalan ke mana-mana. Lagi pula semakin dewasa, orang semakin sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Di sinilah seleksi alam mulai bekerja. 

"Kenapa sih ke mana-mana sama orang yang itu-itu saja?"

"Soalnya cuma dia sih teman yang sama-sama masih jomlo, yang lainnya sibuk pacaran terooosss!"

Maka bersyukurlah jika masih punya teman jomlo dalam hidupmu, karena hidupmu tak akan sepi. Uhuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun