Mohon tunggu...
Reni DwiAnggraini
Reni DwiAnggraini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan Jurnalis Mahasiswa

Hanya seorang Ibu Rumah Tangga yang masih suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sedekah Pembuka Pintu Rezeki

9 Agustus 2022   09:52 Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:55 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang ini terasa lebih terik dari biasanya, kendaraan roda dua berlalu lalang didepan toko yang belum genap satu tahun ini kubuka. Kondisi  jalanan yang berdebu membuat nafasku semakin sesak saja. 

Belum ada satupun pengendara  yang singgah ke toko, jangankan untuk sekedar melihat-lihat, menolehpun sepertinya mereka tak sempat. Untuk mengurangi rasa bosan ku scral-scrol saja akun instagram. 

Ada satu kalimat yang menarik perhatianku, yakni "Sedekah pembuka pintu rezeki".  Aku merasa tertampar ketika membacanya, sudahkah aku bersedekah hari ini?jangan-jangan tokoku sepi pembeli karena aku jarang bersedekah. Pikiran itu terus berputar-putar menguasai kepalaku.

Keesokan harinya aku mulai memikirkan untuk bersedekah demi kelancaran rezeki. Karena cuaca panas paling cocok menyediakan air mineral gratis didepan toko. 

Hatiku senang bukan kepalang ketika ada pengendara yang berhenti didepan toko. Segera kutanyai " Monggo pak,bade padhos nopo?"artinya mau cari apa pak dalam bahasa indonesia. Aku memang asli orang Jawa Timur yang kini menetap di Jawa Tengah. 

Bahasa sehari-hari memakai bahasa jawa krama alus. Dengan santainya si bapak malah balik bertanya. "Angsal mundut toyone mbak?" yang artinya boleh ambil airnya mbak?. Aku menjawab dengan memberi isyarat anggukan kepala. 

Setelah mengambil air mineral dan mengucap terimakasih si bapak langsung tancap gas dengan meninggalkan diriku yang masih diam terpaku. Beberapa jam berlalu toko masih sama, sepi-sepi saja, aduhaiii ingin ku mengumpat.

Aku mulai berpikir lagi, kira-kira apa yang salah dari caraku bersedekah? Padahal aku sudah ikhlas, tapi toko masih sepi-sepi saja. Aku berpikir jangan-jangan sedekahku kurang mahal ya? 

Keesokan harinya aku mengganti air mineral dengan teh botol yang harganya tentu saja lebih mahal dari air mineral. Dan jeng jeng jeeeeng alhasil tokoku malah ramai dengan tangisan anak-anak tetangga yang berebut teh botol. Jangankan pembeli, kucing saja lari terbirit-birit melihat keributan absurd ini.

Beberapa hari berlalu tetapi toko masih saja sepi, aku mulai mempertanyakan konsep sedekah pembuka pintu rezeki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun