Mohon tunggu...
Reni D. Octaviani
Reni D. Octaviani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen (DOyan SENyum, bisa juga DOyan SENdirian, tapi tidak DOyan SENsasi ;)

Tertarik dengan hal-hal yang menghibur dan menyenangkan. Kadang hal kecil juga bisa menghibur dan menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bahaya di Balik Budaya Kekeluargaan dalam Perusahaan

30 Mei 2023   19:07 Diperbarui: 30 Mei 2023   19:09 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep "budaya kekeluargaan" telah mendapatkan daya tarik yang signifikan. Perusahaan semakin berupaya untuk menumbuhkan suasana persahabatan dan kedekatan di antara para karyawan, dengan mengambil inspirasi dari dinamika unit keluarga yang erat. 

Meskipun ide budaya kekeluargaan di tempat kerja mungkin tampak menarik, namun sangat penting untuk mengenali jebakan tersembunyi yang dapat muncul dari pendekatan semacam itu. Dalam artikel ini, saya akan membahas potensi tantangan dan pentingnya mencapai keseimbangan yang tepat untuk memastikan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.

Daya Tarik Budaya Kekeluargaan di Tempat Kerja.
Sekilas, membina lingkungan tempat kerja yang mirip dengan sebuah keluarga bisa sangat menarik. Hal ini menumbuhkan rasa memiliki, mendorong komunikasi yang terbuka, dan mendorong kerja sama tim. 

Keakraban dan dukungan emosional yang muncul dari budaya kekeluargaan dapat meningkatkan kepuasan, loyalitas, dan bahkan produktivitas karyawan. 

Karyawan dapat merasa lebih terhubung dengan rekan kerja mereka dan mengembangkan komitmen yang lebih kuat terhadap tujuan organisasi, yang mengarah pada kepuasan kerja yang lebih besar dan mengurangi tingkat pergantian karyawan.

Namun di balik itu ternyata ada "Jebakan Tersembunyi" dari konsep kekeluargaan ini, yaitu;

Batasan yang Tidak Sehat
Meskipun budaya kekeluargaan mendorong hubungan yang erat, sangat penting untuk menjaga batasan-batasan yang sehat. Melangkahi batas-batas ini dapat mengaburkan batas antara kehidupan pribadi dan profesional, sehingga berpotensi menimbulkan konflik dan ketidaknyamanan. 

Misalnya, pilih kasih atau nepotisme dapat muncul ketika hubungan kekeluargaan memengaruhi pengambilan keputusan, sehingga menimbulkan perasaan ketidaksetaraan di antara para karyawan. 

Selain itu, kurangnya pemisahan antara masalah pribadi dan profesional dapat menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan emosi, sehingga mempengaruhi produktivitas dan fokus secara keseluruhan.

Kurangnya Keragaman dan Inklusi
Budaya kekeluargaan di tempat kerja dapat secara tidak sengaja mengarah pada lingkungan yang tertutup, membatasi keragaman dan menghambat perspektif baru. 

Ketika tim menjadi terlalu erat, ada risiko mengucilkan individu yang tidak cocok dengan dinamika sosial yang ada. Hal ini dapat menghambat inovasi, membatasi kreativitas, dan mencegah perusahaan mendapatkan manfaat dari kontribusi berharga dari tenaga kerja yang beragam. Sangatlah penting untuk menyeimbangkan antara memupuk rasa kebersamaan dan memastikan lingkungan kerja yang inklusif yang menghargai suara dan perspektif yang berbeda.

Resistensi terhadap Perubahan
Dalam budaya kekeluargaan di tempat kerja, resistensi terhadap perubahan dapat menjadi hambatan yang signifikan. Seperti halnya keluarga, mungkin ada keengganan terhadap ide atau proses baru yang mengganggu rutinitas yang sudah ada. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan adaptasi terhadap lanskap bisnis yang berkembang pesat. 

Mendorong budaya yang merangkul perubahan dan inovasi sambil mempertahankan aspek positif dari hubungan kekeluargaan adalah kunci untuk menghindari stagnasi dan tetap kompetitif.

Lalu bagaimana untuk menghindari jebakan tersebut? Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun