Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"The Power of Simbols"

16 Oktober 2021   10:43 Diperbarui: 16 Oktober 2021   10:53 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Power of Symbols (Dok. Pribadi)

1. Apakah Simbol itu?

          Dalam bukunya, Culture and Communication, Edmund Leach memasukkan tanda (simbol) dan isyarat (sinyal) sebagai operator dalam proses komunikasi. Simbol merupakan sebuah pusat perhatian yang tertentu, sebuah sarana komunikasi, dan landasan pemahaman bersama. Setiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan simbol. masyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-simbol.

         Selain simbol, ada istilah-istilah yang sudah umum, yaitu gambaran, penunjuk, ikon, dan kiasan. Dari istilah ini, dapat digolongkan bahwa simbol agak terpisah dari dunia, sedangkan penunjuk dan tanda pertama-tama diterapkan pada dunia sebagaimana adanya. Penunjuk dan tanda beroperasi dalam lingkungan yang relatif statis, dimana kata-kata atau gerak-gerik yang sudah dikenal digunakan untuk mendeskripsikan suatu barang atau peristiwa. Sementara sinyal dapat mengisyaratkan permintaan perhatian atau tindakan yang dengan suatu cara akan mengubah suatu keadaan atau duduk perkara yang ada. Sinyal digunakan dengan tepat dan sesuai dalam konteks-konteks kemiliteran serta perdagangan dengan cara modern yang disampaikan melalui pesan dengan sarana elektronik.

         Situasi yang jauh lebih kompleks bahwa timbul bahasa simbol dan simbolisme. "Simbol" dan "Simbolis" telah menjadi istilah yang digunakan dalam iklan, berita, pidato, politik, prakiraan cuaca, analisis ekonomi dan tulisan-tulisan lainnya.

Dalam bukunya, Symbolism, A. N. Whitehead menulis bahwa pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, dan gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Lebih dari satu abad sebelumnya, Goethe telah menyatakan bahwa "dalam simbolisme sejati, yang -- khusus mengungkapkan yang -- universal bukan sebagai impian atau bayangan, melainkan sebagai wahyu yang hidup dari yang tidak dapat diduga", sedangkan Coleridge menandaskan bahwa sebuah simbol sesungguhnya "mengambil bagian dalam realitas yang membuatnya dapat dimengerti".

Putra dari George MacDonald menulis bahwa baginya sebuah simbol jauh melebihi tanda lahir dan melihat yang arbitrer untuk  sebuah konsepsi yang abstrak; nilainya yang tinggi terletak dalam suatu subtansi bersama dengan ide yang disajikan. Untuk Louis Macneice, simbol baginya adalah suatu "tanda tanan imanensi Allah".

         Konsepsi-konsepsi yang bersifat mistis atau rohani tidak diterima oleh Arnold Toynbee, sehingga memusatkan perhatiannya pada dunia intelek, yaitu simbol tidak identik atau koekstensif dengan objek yang disimbolkannya. Seandainya, simbol tersebut akan menjadi simbol barang itu, melainkan barang itu sendiri. sebaliknya, Erwin Goodenough dalam Jewish symbols in Graeco -- Roman Period, mendefinisikan simbol yakni "Simbol adalah barang atau pola yang, apa pun sebabnya, bekerja pada manusia, dan berpengaruh pada manusia, melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harfiah dalam bentuk yang diberikan itu. "Simbol memiliki maknanya sendiri atau nilainya sendiri dan bersama dengan ini daya kekuatannya sendiri untuk menggerakkan kita.

Daya kekuatan simbol yang bersifat emotif, merangsang orang untuk bertindak yang dapat dipandang sebagai hakiki. Jadi, fungsi simbol adalah merangsang daya imajinasi dengan menggunakan sugesti, asosiasi, dan relasi.

         Bangsa manusia telah mengembangkan kemampuan yang khas dan berpotensi transformatif untuk menciptakan dan merenungkan, menyampaikan simbol-simbol dan dengan demikian mengungguli binatang. Manusia tidak pernah lepas dari hasrat bernostalgia untuk menginginkan sifat yang tampak sederhana yang terdapat pada apa yang langsung, yang segera, dan yang tepat sepadan.

Penyembelihan binatang, penberian kado, proses memasak, cara-cara makan dan minum, menari dan bersandiwara, semuanya itu dapat berfungsi sebagai simbol. Roh dan air menjadi simbol universal dalam sejarah bangsa manusia. Roh datang dengan penuh kuasa pada seseorang, yang membuatnya mampu melakukan perbuatan berani yang luar biasa.

Dunia roh lebih bersifat dermawan dan dalam masa awal agama kristen, roh menjadi secara simbolis Tuhan dan pemberi hidup. Bagi masyarakat pengembara, hal yang menjadi perhatian utama adalah mancapai sebuah oasis, sumur, atau sungai. Air merupakan bagian dari irama dunia yang tetap dan terpercaya, yang secara langsung menyegarkan atau membersihkan tubuh dan secara simbolis menyegarkan dan membersihkan jiwa. Jadi, roh dan air telah berperan sebagai simbol universal manusia, tetapi berkaitan jelas dengan keadaan-keadaan khusus orang-orang yang mempergunakan simbol itu dalam proses deskripsi dan transformasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun