Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kejatuhan Manusia dalam Dosa Menurut Budaya Batak Toba dan Agama Kristiani

24 November 2020   09:32 Diperbarui: 1 Desember 2020   09:51 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia Jatuh ke Dosa (perikopalkitab.blogspot.com)

          Setelah menciptakan segala-galanya demi mendukung manusia di atas bumi, maka Allah mencipta manusia, mula-mula sebagai penghuni kayangan, kemudian ditempatkan di atas bumi, di Banua Tonga yang ditempa oleh Si Boru Deang Parujar! 

Berasal dari keturunan Dewa Trimurti -- Si Boru Deang Parujar adalah putri Dewa Batara Guru-, dia beserta suaminya Si Raja Ihat Manisia -- Putra Dewata Mangala Bulan- ditempatkan pada paradis purba, pada bumi perdana.

Dalam Paradis Purba Batak mengenal "Pohon Pengetahuan", yang bernama Sangha Madeha, yang buahnya terlarang untuk dimakan. Sebelum Allah menciptakan manusia yang sangat mulia dan kudus, tak kekurangan apapun, tempat yang sungguh mulia, bahagia dan luhur. Allah melarang manusia supaya "Jangan memakan buah kayu Anggir Sangha Madeha, kayu pengetahuan akan yang baik dan yang jahat, yang terdapat di tengah taman". "Jangan kau memakannya, sebab akan jadi malapetaka, engkau akan mati."

Manusia menyandang privelese ilahi dan status innocentiae. Privelese pertama adalah manusia menikmati kebahagiaan ilahi tertinggi. Manusia dengan bebas bergaul dengan dewa-dewi penghuni kayangan termasuk Debata Natolu dan para hamba  Mulajadi Nabolon, seperti dewa Asiasi, Si Leangleang Nagurasta, Untunguntung Nabolon. 

Merekapun termasuk pengada-pengada adikodrati yang berfamili dengan dewa-dewi. Dengan bebas manusia dapat berkunjung ke kayangan bahkan bergaul akrab-bakti dengan Sang Khalik, Mulajadi Nabolon. Privelese kedua adalah kebebasan dari penderitaan. 

Manusia dibenarkan untuk hanya menikmati kebahagiaan tertinggi, sehingga tidak perlu berjerih payah. Manusia tidak perlu bekerja memeras keringat demi penghidupan serta tidak merasa takut dan cemas. Manusia cukup hanya menikmati paradis bahari sepuas hati. 

Privelese ketiga adalah tidak mati. Karena bebas dari kecemasan, penyakit dan kelelahan serta bahwa mereka sesaudara dengan dewa-dewi, maka manusia senasib dengan dewa-dewi dan manusia tidak mati. Manusia ditakdirkan untuk hidup bahagia selama-lamanya.

Selain dari pergaulan dengan penghuni Benua Atas, terdapat dua pertimbangan mengenai zaman keemasan bahari. Pertama adalah paham bahwa Mulajadi Nabolon sendiri atau lewat hambanya Si Boru Deang Parujar, menaklukkan pangeran lautan khaos Naga Padoha. 

Dengan begitu, bagi manusia dan ciptaan terdapat kala yang paling tenteram, sebab mereka jauh dari ancaman kuasa khaos perusak dari Benua Bawah. Kedua adalah status perawan dari ciptaan yang oleh kebaruannya dan sakralitasnya menjadi status luhur. Manusia menyandang status asli dan merupakan karya perdana yang langsung dari Mulajadi Nabolon.

Kebahagiaan zaman keemasan manusia perdana menikmati air kehidupan dari sumber hidup sendiri. Pohon kehidupan dihadirkan oleh beringin-jabijabi, yang memancarkan air kehidupan. Setiap penduduk desa dapat meminumnya sepuas hati. 

Apabila manusia melakukan sesuatu yang tercela atau dosa, manusia dapat menyucikan diri dengan air yang sama. Tindak mencipta dan menyelenggara dari Mulajadi Nabolon, untuk menopang dan membawa ciptaan kepada kepenuhan hidup dan kebahagiaan dilambangkan oleh Pohon Penciptaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun