"Ini waktunya kita bro." adalah pesan yang sering dikirimkan oleh Joko.
Satu minggu berlalu, mereka berjumpa lagi, diawali dengan senyum lebar dan Basic Bro Handshake, meeting pun dimulai.
and then they talk about the details of the product.
and this part is when everything goes shit.
Hmei yang merasa bahwa dia adalah sang pemilik ide, bersikeras bahwa harus ada fitur A, B, C, D, E dalam produk yang akan dibuat, karena dia ingin membangun sebuah "INTEGRATED SERVICES, ALL IN ONE, ONE STOP FOR ALL" Startup (sounds familiar?)
sementara Bambang yang memiliki pengalaman membangun beberapa project untuk perusahaan selama berkuliah, tahu bahwa untuk membangun fitur A secara optimal saja dibutuhkan waktu yang lama.
Mereka bertemu berulang kali untuk membicarakan nya.
Hmei , being a good communicator that he is, mendominasi pembicaraan, dan tidak mendengarkan reasoning yang diberikan oleh Bambang.
Bambang, yang lebih mahir berkomunikasi dengan bahasa pemrograman dibanding bahasa Indonesia, akhirnya kalah berdebat dan merasa terpaksa untuk memenuhi keinginan Hmei.
Bambang membangun fitur A,B,C,D,E dengan seadanya, merasa bahwa Joko tidak mengerti apa-apa tentang rumitnya dunia pemrograman, dan merasa diperlakukan seperti karyawan instead of partner oleh Hmei.
Hmei , sambil menunggu produk jadi, terus bergelut dengan Google Search, Youtube Video, dan Startup Media untuk mencari hal-hal positif tentang produk yang sedang dia bangun.