Mohon tunggu...
Rendi Septian
Rendi Septian Mohon Tunggu... Guru - Founder Bimbel The Simbi

Seorang pengajar yang ingin berbagi ilmu, kisah dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gratifikasi Positif untuk Guru

2 Juli 2022   11:28 Diperbarui: 2 Juli 2022   11:55 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini anak-anak sekolah memasuki masa liburan. Setelah pekan kemarin para orang tua mengambil raport anak-anaknya. Ada yang merasa bersyukur karena adanya peningkatan di sejumlah mata pelajaran. Akan tetapi tidak sedikit yang bersedih lantaran anaknya kalah berprestasi. Dalam kegiatan itupula komite sekolah yang terdiri dari orang tua siswa menyiapkan berbagai hadiah, dalam bahasa sundanya 'kadeudeuh' untuk ibu dan bapak guru. Dari mana awalnya komite sekolah berinisiatif untuk memberikan sesuatu kepada guru? Karena hal ini merebak di setiap sekolah, bukan saja sekolah dengan berpredikat negeri, sekolah swasta dan internasionalpun melakukan hal yang sama. Lalu , apa dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemberian kado kepada guru terhadap anak didinya ? mari kita simak penjelasan di bawah ini ya.

Pertama yang mesti dfahami oleh segenap pihak bahwa tidak ada ketentuan orang tua siswa yang dalam hal ini atas nama komite sekolah harus memberi sesuatu kepada guru. Apalagi sampai harus ditentukan nominalnya juga jenis hadiahnya. Dan gurupun tidak pernah terfikir akan menerima hadiah apa dari orang tua siswanya. Akan tetapi jika orang tua siswa dengan kesadaran hati tanpa 'embel-embel' agar anaknya mendapatkan nilai yang bagus, lantas memberikan hadiah, apakah mesti ditolak ? pun tidak etis jika sang guru menanyakan terlebih dahulu apakah ada maksud terselubung dari pemberian hadiah ini ?

Yang menjadi kekhawatiran adalah hilangnya rasa keadilan bagi guru dalam memberikan nilai kepada siswanya. Pertanyaan kemudian yang mesti dijawab adalah, sebelum membahas rasa keadilan, keadilan seperti apakah yang sudah diterima guru selama mengabdi ? apakah selama ini guru sudah merasakan hidup yang sejahtera ? bukankah fakta dilapangan banyak guru yang menyambi berprofesi lain, meskipun sekali lagi bukan maksud mendeskriditkan guru itu, hanya inilah fakta yang sesungguhnya, rasa penghargaan guru dari pemerintah masih rendah dibanding kan dengan profesi lain. Sehingga disela-sela kegiatannya itu ada yang menyambi menjadi ojek online, menyambi menjadi marketing, bahkan ART dan lain-lain. Terlebih bagi guru yang masih berstatus honorer, hingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja mesti menghabiskan waktu dengan mengajar di beberapa sekolah.

Yang juga mesti difahami adalah guru dalam memberikan penilaian, berpedoman kepada proses siswa dalam kegiatan belajar di kelas. Baik dari tugas-tugas harian, ulangan maupun ujian akhir semester. Kemudian ada hal lain yang berdampak kepada nilai siswanya, bahkan bobot nilainya besar, yaitu akhlak. Penghargaan kepada guru, rasa hormat yang tinggi, tidak pernah mengecewakan guru, selalu berbuat baik kepada sesama temannya di kelas, lebih jauh bahkan menghargai semua yang ada dalam lingkungan sekolah seperti : Satpam, Petugas kebersihan, Petugas Kebun, yang disebutkan tadi memberikan dampak yang nilai yang besar disamping nilai kognitif.

Bukan berarti guru mengenyampingkan peran kognitif. Menjadi siswa cerdas juga teladan bagi siswa lainnya adalah hal yang sangat membanggakan bagi guru. Menjadi siswa cerdas saja tidak cukup jika ia berperilaku kurang baik, tidak disiplin dan membully teman yang lainnya. Apakah mungkin dengan berbagai hadiah yang diterimanya, itupun masih tahap wajar, bukan seperti gratifikasi yang diterima para pejabat pemerintahan, dapat membuat sang guru hilang objektivitasnya?

Tidak, guru tidak akan hilang objektivitasnya dikarenakan hadiah. Mereka adalah manusia-manusia pilihan. Mereka mengabdi dengan hati. Ketika mereka memutuskan untuk berkuliah di jurusan kependidikan, mereka sudah memahami risikonya. Bukan materi yang mereka kejar, akan tetapi kepuasan batin yang mereka inginkan. Bagaimana bahagia melihat perubahan ke arah lebih baik dari siswanya. Rasa bangga karena siswanya mampu melakukan hal-hal yang mulia. Terharu tatkala siswanya berprestasi. Maka, apabila mereka mendapatkan kado lantas merubah arah bahagia mereka ? saya rasa tuduhan itu terlalu naif. Guru tidak serendah itu untuk memberikan penilaian atas dasar ada tidaknya sesuatu untuk mereka atau besar kecilnya hadiah. Dan kalaupun ada yang seperti itu, maka pasti bertentangan dengan nalurinya sebagai guru.

Nabi Muhammad SAW pernah melarang memberikan sesuatu kepada amil --petugas- zakat yang diutus menjemput zakat dari orang-orang, lalu ada yang meng-qiyas-kan hal tersebut kepada guru. Jika kita melihat sejarah di zaman Nabi dan generasi khilafah sesudahnya, guru-guru itu sangat dihargai. Mereka menerima upah dengan sangat layak. Pernahkah anda mendengar bahwa setiap karya yang dibuat itu ditimbang beratnya dengan Emas ? kembali lagi, pada kenyataan dewasa ini, hidup guru masih jauh dari sejahtera.

Mungkin saja diantara komite siswa itu melihat gurunya berkurangan, rasa empati inilah yang kemudian melahirkan ide memberi kado diakhir tahun ajaran sebagai tanda terimakasih. Jikapun tidak kekurangan, bukankah saling memberi kado adalah hal yang dianjurkan?  Memberi bukan hanya kewajiban yang berkecukupan, yang kekuranganpun memiliki kewajiban yang sama. 

Maka dari itu, kesimpulannya adalah jika perkara itu haram, mesti jelas dalilnya. Selama tidak ada dalil yang melarang, dan memang tidak ditemukan dalil yang pasti mengarah kepada guru dan hanya larangan memberikan gartifikasi negatif dalam hal umum, maka hukum yang terdekat adalah mubah, dalam pandangan hukum Islam.

Akan tetapi sekali lagi, jangan mentang-mentang guru itu pahlawan tanpa tanda jasa, sehingga kita semena-mena memperlakukan guru tanpa menghargai jasanya, itulah kekeliruan yang nyata. Sedikit nyata rasa kepedulian kepada guru, mengapa dipermasalahkan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun