Mohon tunggu...
Imroah
Imroah Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup dalam ketenangan

Seneng Ghibahahahaha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Iblis

25 Mei 2021   19:01 Diperbarui: 25 Mei 2021   19:15 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditengah redup sayu matanya, gagahnya desiran angin pagi kota surabaya,wanita itu meniti perjalanan melaksanakan rutinitas pagi. Lambaian daun yang nyiur terbawa riangnya angin, teriring bunyi klakson mobil menemani perjalanan pagi itu. Wanita yang sering menghabiskan waktu bersama sepeda buntutnya menyalakan mesin dan bergegas berangkat. Padatnya jalanan Kota Surabaya tak seramai biasanya, pagi itu sedikit lengang.  

Dalam kesepian jalanan mata sayu itu tiba-tiba terpejam, terpejam lama dalam keheningan, menikmati nuansa yang jarang dirasakannya. Guman nestapa berkata "Betapa ikhlasnya daun-daun itu tertampar angin, setiap hari dihujani kepulan . Betapa ikhlasnya sang bumi yang setiap hari tak pernah mengeluh terinjak-injak oleh rakusnya dia yang dipercaya sebagai pengganti, tak pernah mengeluh diludahi, tak pernah mengeluh dilempar kotoran, bahkan mungkin tak akan menangis jika dia ditenjangi. Duhai dzat yang maha agung.

Matanya berkaca, otaknya mulai tak terkendali, hatinya bergetar hebat, dan  telinganya mulai tak mendengar suara klakson yang meneriakinya. Semua kebisingan Kota Surabaya berlalu sekajap itu. Matanya kembali terpejam dan menumpahkan penyesalan. Otaknya mulai meraba keikhlasan durjana yang sering menjadi kambing hitam atas kesalahan manusia, siapa dia ? iya iblis. Dalam kekalutan hati matanya tak henti menumpahkan penyesalan. Dia, sang iblis yang sering disebut penggoda, peracun, penyiasat, pembohong dan gelar-gelar yang sering disematkan padanya. Dia begitu ikhlas menjalani peran dan tugasnya, dia patuh dengan perintah Tuhannya, dengan menjalankan tugas sebagaimana yang telah diperintahkanNYA, sebagai penyeimbang alam semesta. Diapun tak pernah iri dengan title malaikat yang dipuja, ditinggikan dan diagung agungkan.

Wanita itu sering hilang kesadarannya ditengah jalan. Ia menyadari betapa banyak kejadian yang membuatnya mengaca bahwa ia tidak lebih mulia dari iblis, tidak lebih baik bahkan tidak lebih terhormat. Maka wanita itu sering kali mengawali paginya dengan membaca innasholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil'alamin. Menurut wanita itu, kalimat yang membuat ia luluh adalah kalimat yang ketika diucap membuatnya hilang kesadaran. Dan salah satu kalimat yang paling ia sukai adalah kaliamt itu.

Ya Allah, ucap wanita itu sambil mengucap istigfar berkali-kali. Betapa kerdilnya dia bahkan tak pantas disejajarkan dengan iblis yang sering dilaknat oleh penghuni bumi dan alam semesta.

Surabaya, 27 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun