Mohon tunggu...
Imroah
Imroah Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup dalam ketenangan

Seneng Ghibahahahaha

Selanjutnya

Tutup

Love

Kamu Suka Doi Sebab Apa? Cinta, Nafsu, atau Kagum?

19 April 2021   06:27 Diperbarui: 19 April 2021   06:37 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ladalah, sabenarnya saya enggan untuk menuliskan tentang ini. Karena ini pengalaman pribadi yang saya gunakan sebagai riset.Jika bermanfaat silahkan diambil pelajaran dan jika tidak buang saja atau dijual ke tukang rosok agar lebih bermanfaat. Hehehe.

Baiklah, jadi riset ini bermula dari kegelisahan saya pada diri sendiri yang sering dibilang orang nggak jelas alias geje, juga sering dibilang mbulet. Terutama soal asmara. Gejolak batin yang tidak dapat membedakan cinta, nafsu dan kagum membuat saya menggali diri sendiri sebagai subjek riset. Abooot rek asline... Sebentar agar tidak bingung. Sebatas yang saya tahu hidup adalah belajar. Metode belajar salah satunya adalah dengan riset atau penelitian. Kalau di agama saya dikatakan siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya. Baik, kita mulai ceritanya.

Kegelisahan tersebut mungkin cara Tuhan memperjalankan saya untuk mengalami dan menjadikan beberapa peristiwa asmara. Sebenarnya tidak rumit, hanya saja saya belum cukup ilmu sehingga memandangnya sebagai sesuatu yang rumit.

Cerita pertama, pengalaman ini bermula ketika masa kuliah, saya sering mendapat komentar positif dari seseorang. Sebut saja namanya Wowo. Wowo ini sering berdebat dikelas; argumeninya logis, terukur dan bisa dipertanggung-jawabkan. Kita sering satu kelas, satu forum dan sering beradu gagasan. Suatu ketika si Wowo ini sering membantah argument saya saat adu gagasan. singkat cerita diskusi kita tidak pernah selesai dikelas, dan berlanjut ke meja warkop (warung kopi). Dua semester berjalan, si Wowo ini menyatakan perasaan kepada saya, (Mohon maap ya untuk para jomblo, hehehe). Karena respec dan menurut pandangan saja ia layak dipertimbangkan, maka saya menerima.

beberapa waktu berjalan, di persimpangan ada something yang mengakibatkan pertengkaran. Biasa anak kuliah kalau tidak urusan kesetiaan ya ketidak-jujuran. Disana saya memberi opsi kepada si Wowo ini. Jika dia bertanggung-jawab "perasaannya", maka ia harus berani datang kerumah. Kulonuwun kepada orang tua. Ternyata, seperti yang saya duga. Ia dengan banyak alasan dan argumen menolak mendatangi orang tua saya. Hubungan kita berakhir dengan tidak baik-baik saja.

Langsung saja ke cerita kedua. Dengan bekal pengalaman yang terjadi, selepas lulus kuliah, ada beberapa kawan yang memutuskan menikah. Bahkan sahabat-sahabat dekat juga memilih untuk menikah. Perasaan  sendiri, tidak ada teman diskusi, ngopi bareng, dll. Pada saat itu datanglah beberapa pemuda bak superman yang selalu ada ketika saya membutuhkan bahu untuk bersandar. (Cieeee, jangan pada baper yaaa....)

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya memilih salah satu dari mereka. Sebut saja namanya Joko. Lambat laun, karena kita merasa yakin (Oh iya perlu dicatat, sepanjang saya pacaran dengan beberapa orang, kita cuma sebatas ngopi bareng guys, nggak seru ya, hahahaha) akhirnya kita memilih melanjutkan kejenjang yang lebih serius yakni proses lamaran. Waktu demi waktu kita jalani untuk persiapan menjelang pernikahan. Semakin kita mencoba menyatukan perbedaan, semakin banyak rongga untuk kita tidak sejalan. Awalnya saya menganggap ini ujian menuju pernikahan. Ternyata benar dan apesnya kita tidak bisa menyelesaikan masalah itu. Keputusan finalnya adalah batal kawin.

Cerita ketiga. Saya bertemu dengan salah satu senior di acara diklat kepenulisan gitu. Ceritanya kala itu sebut saja mas Bowo menjadi pemateri dan saya sebagai moderator. Singkat cerita saya terkesan dengan pemikirannya yang out of the books, akhirnya kami beberapa kali komunikasi. Itu pun dua tahun setelah pertemuan di acara tersebut. Saya menyampaikan perasaan melalui sebuah surat, tujuannya tidak lain hanya pengungkapan perasaan. Memang tidak saya perkenankan untuk membalas surat itu, baik dengan jawaban iya atau tidak. Lama kita tidak berkomunikasi lagi karena ada pertimbangan dan saya memutuskan untuk mundur. Satu tahun selepas itu saya mendapati si mas Bowo ini menikah.

Dari tiga cerita diatas, coba tebak mana yang cinta, nafsu dan kagum ? 

Baik, meskipun sudah menduga-duga jawabannya. Namun saya akan sampaikan analisis berdasarkan observasi diatas, hahaha. Cerita pertama adalah kagum. Saya menerima si Wowo karena kita sering menuangkan pikiran-pikiran bersama, sehingga seolah cocok. Kedua, nafsu. Saya bisa mengatakan ini adalah nafsu karena dari awal niat atau proses terjalinnya hubungan sudah salah, akibatnya gagal menjalani ujian. Ketiga adalah cinta. saya tidak bisa mendefinisikan cinta dengan jelas. Kalau kata mbah Jiwo Tejo, cinta tidak ada karena-karena. Kalau hemat saya cinta tidak bisa menjelma kata, namun termanifestasikan seperti kasih sayang ibu kepada anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun