"Namanya pengetahuan itu tidak bisa berdiri sendiri. Pengetahuan yang saat ini dipegang oleh institusi pendidikan harusnya adalah pusat dari segala ilmu. Sekarang pendidikan sebagai sarana mencari keuntungan. Bagaimana lagi, kita hidup hasil dari pendididikan modern serba kapital dan dituntut kapital. Pendidikan yang mengangkasa; hanya awang-awang, tidak tahu hendak dibawa kemana, hanya mengekor dan mengekor. Lalu kapan diberi kesempatan untuk mengepala ? Tidak berdiri secara utuh dan semakin hari semakin dikerucutkan". Dia menjaawab pertanyaannya sendiri, "tanyakan pada rumput yang bergoyang".
Saya hanya diam melihat kejengkelan Kangkareng mengeluh dan seperti menyesali dilahirkan pada kondisi yang sedemikian sempit dan semakin dipersempit. Saya tidak begitu percaya dengan semua ocehan yang terkesan ngawur tersebut. Namun kali ini tidak kusela dan kudengarkan untuk menghormati dan berempati terhadap kegelisahan yang dialaminya.Â
Perihal didengar atau tidak oleh para petinggi atas cerita Kangkareng tadi, itu persoalan lain. Setidaknya ada aku yang mau mendengar dengan penuh kidmat dan tidak menghakimi hal yang diutarakannya. Karena perihal mendengar adalah hal sulit yang sekarang tidak banyak dimiliki oleh mereka,seharusnya merekalah orang yang paling ahli mendengar. Bahkan sekarang ini telinganya memerah dan panas, dan membayar buzzer untuk membungkap mulutnya yang dipenuhi api.. Hal sama yang saya rasakan ketika mendengar ocehan Kangkareng.
